Tak Hanya Budaya, Batik Juga Bisa Diteliti Dengan Pendekatan Sains, Ini Hasil Penelitian Teguh Wibowo

Teguh Wibowo, Dosen Kimia UIN Walisongo Semarang, saat meneliti pembuatan batik linggo di Kelurahan Gonoharjo Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. (Dok.)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Teguh Wibowo, Dosen Kimia UIN Walisongo Semarang, melakukan penelitian batik linggo dari sudut pandang sains ilmiah.

Penelitian batik dengan pendekatan sains terbilang sangat jarang karena selama ini batik hanya dikenal sebagai produk budaya, apalagi setelah UNESCO menetapkannya sebagai Indonesian Cultural Heritage.

Teguh menyampaikan bahwa tujuannya meneliti batik asal Kelurahan Gonoharjo Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal ini adalah untuk memperkuat budaya bangsa.

“Melalui penelitian ini diharapkan mampu menambah makna dari budaya bangsa, dalam hal ini batik linggo,” ujarnya, Senin (20/9/2021).

“Proses produksi Batik Linggo memuat banyak sekali kajian ilmiahnya, mulai dari pemilihan kain, pembuatan pewarna dari bahan alam sampai proses fiksasi. Sains tradisional (indigenous science) dari masyarakat perlu dikuatkan dengan sains ilmiah. Hal inilah yang perlu diungkap dan tersampaikan ke masyarakat supaya semakin bangga dan ikut melestarikan batik. Ini juga sebagai peran dari perguruan tinggi, khususnya UIN Walisongo Semarang, untuk melakukan revitalisasi kearifan lokal,” ungkapnya.

Industri batik yang dikelola oleh Zachrony sejak tahun 2007 ini mempunyai ciri khas di pewarnaan yang digunakan. Teguh Wibowo mengatakan, batik linggo terinspirasi dari adanya peninggalan berupa reruntuhan candi yang ada di sekitar Desa Gonoharjo Kecamatan Limbangan.

“Saya sangat senang jika ada pihak akademisi yang berkenan melakukan penelitian guna perkembangan Batik Linggo. Produksi ini juga diawali dari niatan untuk mengembangkan budaya, dan tentunya menggunakan bahan alam untuk menjaga lingkungan tetap sehat”, ungkap pria yang sering disapa Pak Rony itu.

Hasil penelitian ini juga didiseminasikan kepada mahasiswa dan guru kimia di Kendal melalui kegiatan workshop pembuatan batik linggo. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan dan praktek langsung mulai dari proses penyiapan kain, pewarnaan sampai fiksasi. Pada kegiatan juga diberikan pengetahuan tentang karakteristik bahan yang digunakan berdasarkan sains ilmiah.

“Harapannya dari kegiatan ini selain mempunyai keterampilan membuat batik, mahasiswa juga memperoleh pengetahuan tentang manfaat kimia untuk pembangunan berkelanjutan. Selain itu guru-guru kimia juga bisa menggunakan materi ini sebagai bahan untuk proses pembelajaran dengan berpendekatan kearifan lokal (etnosains),” tutup Teguh Wibowo. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini