Richadl Beberkan Penyebab Naik Turun Harga Kebutuhan Pokok di Jawa Tengah Selama Ramadhan

Sekretaris Komisi B DPRD Jawa Tengah dari Fraksi PPP, M. Ngainir Richadl. (Dok.)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Kebutuhan harga bahan pokok di masayarakat cenderung meningkat selama bulan Ramadhan ini. Hal itu disebabkan bukan karena peningkatan kuantitas pangan, tapi ada pergeseran kebutuhan terhadap bahan pokok yang berbeda. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Komisi B DPRD Jawa Tengah dari Fraksi PPP, M. Ngainir Richadl saat berdialog di radio Elshinta Bersama Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa tengah, Arif Sambodo, belum lama ini.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa tengah, Arif Sambodo. (Dok.)

“Memang kebutuhan meningkat, bukan karena kuantitasnya meningkat, tapi kualitasnya yang meningkat karena ada perubahan pola makan selama bulan Ramadhan seperti konsumsi telur dan daging yang menggeser bahan makanan yang lain. Makanya di lapangan kebanyakan yang naik ya telur dan daging karena ada peningkatan permintaan yang tidak seperti hari-hari biasa,” ujar pria yang akrab disapa Richadl pada Rabu (5/5/2021).

“Namun sejauh pantauan kita, kenaikannya dalam angka yang wajar. Tapi nanti kalau kenaikannya sudah di atas ambang kewajaran nanti Dinas Ketahanan Pangan dan Dias Perdagangan kita dorong untuk melakukan operasi pasar,” tandasnya.

Richadl sendiri sudah melakukan pantauan data di sejumlah dinas terkiat dan mengatakan ketersidaan bahan serta harganya terbilang stabil.

“Kalau stok masih sangat aman, Dinas Ketahanan Pangan sudah kita pantau datanya kebutuhan beras misalnya, 917.125 ton sekarang tersedia 2.630.400 ton. Jagung juga stoknya aman,” tukasnya.

“Cabe juga sebenarnya aman, tapi karena factor siklus panennya yang berbeda sehingga terjadi kenaikan sedikit meningkat hingga 70.000 rupiah perkilogram. Sedangkan Jawa Tengah saat ini merupakan penyumbang 30 persen dari stock nasional yang menyebabkan harga sedikit naik,” imbuhnya.

Khusus cabai, cabai merah kering di beberapa daerah di Jawa Tengah seperti di Banjarnegara terpantau harganya berkisar 45.000 rupiah sedangkan di Kabupaten Demak sekitar 60.000 rupiah.

Sementara, Kepala dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Tengah, Arif Sambodo mengatakan untuk cabai, sebelum puasa harganya memang sempat mengalami kenaikan yang cukup ekstrem.

Arif Sambodo menjelaskan khusus cabai rawit merah yang kenaikannya mencapai kurang lebih 100.000 rupiah. Namun per 15 April, atau pekan pertama Ramadhan sudah turun hingga 65.500 rupiah perkilogram.

“Problemnya, cabai itu, dari semua jenis cabai, tidak ada harga acuannya walaupun itu komoditas penting. Jadi tidak bisa kita mematok harga. Hal ini berbeda dengan beras atau daging yang ada harga acuannya yang bisa kita patok sedemikan rupa,” tukas Arif.

Kenapa cabai tidak ada harga acuan? Arif mengatakan karena cabai termasuk barang yang volabile atau mudah busuk dan panennya musiman. Itulah yang dialami oleh cabai rawit merah yang sebetulnya bukan bahan pokok untuk dimakan. Cabai rawit merah hanya digunakan untuk penyedap makanan, bukan makanan pokok, sehingga harganya sangat fluktuatif di pasaran. Bahkan konsumen terbanyak cabe rawit merah bukan masyarakat, tapi industri.

“Jadi sempat naiknya cabai rawit merah kemarin bukan karena tingginya permintaan, tetapi memang masalah musim. Apalagi saat naik-naiknya harga cabai rawit merah, kondisi cuaca di daerah Boyolali dan temanggung sebagai pusatnya, sedang dalam keadaan hujan deras yang membuat tanaman cabai ini mengalami kendala panen karena bunganya mudah rontok kalau hujan deras,” bebernya.

“Saat ini harganya sudah drop karena di Boyolali, terutama daerah Selo sebagai sentra cabai Rawit Merah musim sudah stabil,” imbuhnya.

Arif kemudian menjelaskan untuk beras dan daging memang masih stabil dan harga juga tidak ada kenaikan yang signifikan. Namun pihaknya menjelaskan untuk harga beras acuannya bukan pada jenis beras, tapi pada kualitas beras.

“Kalau untuk beras baik dari sisi harga dan stok masih sangat stabil, tapi kalau untuk perbedaan harga bukan berdasarkan jenis beras tapi kualitasnya. Jadi jika harganya 12.500 pasti beras kualitas premium dan kalua harganya 9.000 pasti beras kualitas medium,” tuturnya.

Berbeda dengan cabai yang tidak memiliki harga acuan, beras sudah ditetapkan oleh pemerintah Harga Eceran Tertinggi (HET) agar tidak menyulitkan masyarakat. Demikian juga daging dan telur.

“Nah beras ini kita sudah menetapkan HET (Harga Eceran Tertinggi) maksimal 12.850 rupiah perkilogram untuk premium sedangkan medium 9800 rupiah. Kemudian untuk telur ayam ras dan daging ayam ras memang ada sedikit kenaikan hingga 39.000 rupiah tapi sekarang sudah 38.000,” paparnya.

Di akhir Arif mengatakan naik turunnya harga kebutuhan pokok di bulan Ramadhan menjadi siklus yang biasa karena adanya peningkatan permintaan pasar yang tidak biasa pula.

“itu siklus biasa, awal puasa naik kemudian pertengahan minggu ke dua dan ketiga turun nanti mendekati lebaran naik lagi,” ucapnya.

Namun Arif mengatakan tak perlu khawatir karena puasa tahun ini harga-harga masih cukup terkendali dengan stok yang juga masih sangat cukup. Apalagi pemerintah saat ini mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi daging beku dan daging kerbau untuk menghindari kenaikan daging sapi segar.

“Kalau daging sapi masih stabil dari hari-hari kemarin masih 127.000 sekian untuk kualitas tinggi. Kalua kualitas sedang ada yang sampai 111.000. tapi pemerintah sekarang mendorong konsumsi daging beku dan daging kerbau untuk mengantisipasi kenaikan daging sapi segar,” tutupnya.

Ngainir Ricahdl kemudian memberikan apresiasi kepada dinas-dinas yang terkait dengan pangan yang selalu memantau perkembangan pangan di pasaran.

“Saya apresiasi kepada dinas-dinas yang secara rutin memantau perkembangan di pasar, pesan saya jangan sampai stok dan harga di lapangan tidak terkendali,” pungkasnya. (Adv)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini