Olah Limbah Kayu Jadi Kerajinan Jam Tangan, Guru Honorer di Batang Ini Mampu Raup Omzet Rp 13-14 Juta per Bulan

Nur Faisal Edi Nugroho (35), yang memanfaatkan limbah kayu dengan dibuat sebuah kerajinan berupa jam tangan yang cantik dan menawan

Batang (Sigi Jateng) – Limbah kayu umumnya hanya dijadikan sebagai kayu bakar bagi masyarakat. Namun di tangan pria warga desa Subah Kecamatan Subah Kabupaten Batang Jawa Tengah ini, limbah kayu dijadikan sebuah barang kerajinan yang bernilai ekonomis dan berdaya jual tinggi.

Adalah Nur Faisal Edi Nugroho (35), yang memanfaatkan limbah kayu dengan dibuat sebuah kerajinan berupa jam tangan yang cantik dan menawan. Berawal dia hanya berbekal dari hobi mengoleksi jam tangan dengan beragam model, serta kesukaannya mengotak-atik jam.

Faisal pun memutar otak dengan menggerakkan tangannya memulai memproduksi jam tangan pertamanya yang berasal dari limbah kayu jati secara otodidak dan diberi label atau brand “Owa Watch”. Ide tersebut, tercetus olehnya pada bulan April 2019 silam.

“Awalnya bahan baku yang saya gunakan hanya limbah kayu jati, karena di Kecamatan Subah ini banyak produksi mebel dan bak truk yang limbah kayunya tak terpakai. Bahkan hanya dijadikan kayu bakar,” katanya, Rabu (20/1/2021).

“Daripada dijadikan kayu bakar. Limbah kayu jati lalu saya olah dengan membuat kerajinan menjadi sebuah jam tangan,” sambungnya.

Sebelum menekuni pekerjaan membuat kerajinan jam tangan kayu tersebut, Faisal berprofesi sebagai guru honorer di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Subah. Menyikapi kebutuhan hidup sehari-hari, dia tak bisa mengandalkan pemasukan dari menjadi guru honorer saja.

“Sebab untuk kebutuhan sehari-hari dirasa kurang mencukupi. Lalu, hati saya tergerak memanfaatkan limbah kayu disekitar untuk dibuat kerajinan jam tangan. Alhamdulilah, dari pekerjaan sampingan selain guru honorer bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga,”bebernya.

Kerajinan membuat jam tangan dari limbah kayu, Faisal tidak hanya mengolah dari limbah kayu jati saja. Namun, berbagai limbah kayu lainnya seperti kayu maple, sonokeling, kelapa serta kayu sawo. Ia olah juga menjadi sebuah kerajinan jam tangan yang memiliki beraneka macam motif menarik.

Berbeda dengan produksi jam tangan kayu lainnya, lanjut Faisal, jam tangan kayu hasil produksinya memiliki ciri khas tersendiri. Yakni dari segi bahan baku dan modelnya. Untuk bahan baku dari memanfaatkan limbah kayu yang tak terpakai, sedangkan untuk modelnya bertema abstrak timbul.

“Tiap motif dan model memiliki waktu proses pembuatan yang berbeda. Warna asli kayu serta motif alami yang keluar setelah kayu diamplas tetap dipertahankan. Proses akhir finishing, jam tangan kayu yang sudah jadi diolesi cat khusus untuk kayu,” jelasnya.

Siapa sangka saat ini bersama enam karyawannya, Faisal mampu menghasilkan sekitar lima jam tangan kayu dalam sehari dengan omset penjualan mencapai Rp 13 juta – Rp 14 juta per bulan. Meski di masa pandemi saat ini, dalam sehari tetap bisa terjual dua hingga tiga buah jam tangan kayu.

Produk jam tangan kayu hasil produksinya, selain dipasarkan secara lokal, Faisal juga menjualnya secara online. Yakni memanfaatkan marketplace dan dikirim ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Bali, Nusa Tenggara Timur, bahkan hingga ke Papua.

Tergantung dari bahan baku dan modelnya, jam tangan kayu produksi hasil karyanya tersebut dijual dengan harga Rp250.000,- hingga Rp500.000,- per buah. “Saya berharap kerajinan jam tangan kayu ini bisa lebih dikenal banyak masyarakat. Selain itu bisa menginspirasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lain khususnya di Kabupaten Batang,” tandasnya. (dye)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini