Muh Zen Minta PTM Mulai Diberlakukan Pada Tahun Ajaran Baru 2021-2022

SEMARANG ( Sigijateng.id ) –  Anggota Komisi E DPRD Moh Zen Adv meminta agar rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan protocol kesehatan yang akan dimulai  bulan Juli atau pada saat tahun ajaran Baru 2021 – 2022 benar-benar-benar dijalankan. Selama satu tahun lebih kemarin dalam kondisi pandemi KBM masih dilakukan secara daring, hasilnya tidak maksimal.

“Pak Presiden Jokowi meminta agar pembelajan  anak-anak  mulai dasar sampai perguruan tinggi sudah pembelajaran tatap muka (PTM) prokes. Demikian juga Mendikbud dan  Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Harapan kami, benar-benar bisa diterapkan,” kata Zen, Rabu (9/6/2021).

Anggota Fraksi PKB ini mengakui  bahwa dalam beberapa bulan terahir ini dirinya  selalu kenceng menyuarakan agar dilakukan Pembelajaran Tatap Muka ( PTM) dengan Protokol Kesehatan ketat di perluas jangkauannya. Karena dengan PTM akan lebih baik dengan system daring seperti saat ini.

“Karena bagi saya, PTM  dengan prokes  justru akan melindungi anak, baik kesehatan maupun masa depan pendidikannya. Anak-anak mendapatkan edukasi kedisiplinan prokes baik saat berangkat dari rumah sampai berada di lingkungan sekolah,” katanya.

Alasan lain, tambah politisi asal Pati ini, jika anak-anak tidak sekolah,  kenyataanya para siswa pada main di luar rumah,  dan ini jutsru tidak terkontrol kegiatannya dan tanpa edukasi. Kontrol terhadap anak kurang karena sebagian orang tua  juga pada sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. 

“Kenyataanya, kita sering melihat anak-anak sekolah malah asik bermain di luar rumah,” katanya.

Zen menilai, pembelajaran daring selama ini  kurang efektif menyerap materi  pembelajaran. Karena banyaknya keterbatasan, mulai keterbatasan HP, kuota terbatas, jaringan terbatas, waktu terbatas. Apalagi untuk jenjang SMK, dengan paraktimumnya yang sangat penting. Dampaknya, saat ini angka putus sekolah meningkat, angka anak bekerja meningkat, anak menikah di usia sekolah meningkat.

 “Dana yang bahaya lagi  banyak laporan bahwa sebagian anak-anak telah kecanduan game online. Sekolah daring yang hanya dua jam dipakai pemanasan main game on line, lihat youtub sampai malam. Ini cukup mirisss. Semoga Kemenkominfo memblokir game online,” pintanya.

Dia menegaskan, persoalan kesehatan dan pendidikan adalah hak dasar anak yang tidak bisa ditawar-tawar  lagi. Jangan sampai terjadi lost generation.  Apalagi semua negara hari ini sudah belajar Tatap muka.  “Saya kira jangan terus ditakut-takuti dengan kata-kata klaster. Apalagi, semua aktifitas sekarang sudah jalan,  pasar, kantor, pabrik, mall, wisata dll. Semua juga dalam ancaman klaster. Tetapi dengan ihtiar dan doa semoga sekolah terlindungi dari covid,” kata pria yang juga Ketua PGSI Jawa Tengah ini.

Dari uji coba PTM, kata Zen, memang ada satu dua  sekolah yang positif covid-19, tetapi cepat langsung dilakukan standar penanganan covid dengan isolasi dan lain-lain. “Sama dengan instansi yang lain apabila ada yang positif, juga langsung ditangani,” katanya.

Sementara, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Semarang meminta agar guru yang berusia lansia atau memiliki komorbid, perlu mendapat perlindungan dari virus corona.

Hal itu dikatakan oleh Ketua PGRI Kota Semarang Dr. Nur khoiri, MT M. Pd, pada Rabu (9/6/2021) saat menanggapi rencana dibukanya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

“Kami dari PGRI Semarang sangat mendukung dimulainya PTM pada Juli 2021. Tapi kami ada kekhawatiran tentang guru berusia 50 tahun keatas dan yang mempunyai komorbid dari paparan Covid-19,” katanya. 

Ia mengemukakan, Dinas Pendidikan dan Sekolah sebaiknya memiliki manajemen pembelajaran untuk melindungi guru yang memiliki resiko terkena Covid-19. Misalnya tetap membuka pembelajaran daring bagi guru usia 50 tahun keatas dan pemilik komorbid.

“Meski nanti PTM, sekolah daring juga dilakukan agar guru-guru yang berpotensi terkena Covid-19 tetap dapat mengajar secara aman,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menilai, sekolah daring tetap dilakukan meski pembelajaran tahun ajaran 2020/2021 secara tatap muka. Hal ini karena PTM tetap menerapkan protokol kesehatan dengan pembatasan jumlah peserta didik didalam kelas.

“Idealnya tetap ada sekolah daring. Misal ke 3 SD ada 3 kelas. Yang dapat masuk ke kelas kan hanya setengahnya, agar tidak berkerumun,” ucapnya.

Ia menjelaskan, PTM dilakukan dengan kapasitas 50 % kelas dan durasi 2 jam sehingga siswa tidak setiap hari berangkat sekolah. Sebagai gantinya dikatakan, tetap ada pembelajaran daring untuk siswa yang tidak dapat masuk ke kelas.

“Satu kelas 28 siswa, sesuai protokol kan yang masuk setengahnya. Yang setengah siswa lain dapat mengikuti pembelajaran secara daring,” pungkasnya.

Lebih lanjut Nur Khoiri mengungkapkan, sebagian guru belum divaksin sebanyak dua kali. Menurutnya, sebelum dilakukan PTM semua guru sudah dilakukan vaksin.

“Guru Negeri sudah vaksin 1 dan 2. Tapi Guru Swasta ada yang belum divaksin ke dua. Ada yang mau divaksin tensinya naik dan lain lain,” tuturnya.

Disisi lain ia berpendapat, selama satu tahun lebih pembelajaran secara daring membuat siswa semakin aktif belajar. Kini, dengan dibukanya PTM akan menguatkan karakter siswa.

“Terkait pengetahuan, siswa sudah terlatih mandiri belajar, mencari referensi. Tapi memang untuk pendidikan karakter tetap membutuhkan tatap muka,” jelasnya. (Aris/ Mushonifin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini