Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kelompok 118 Semarang Gelar Diskusi Online Mengenai Kesetaraan Gender

SEMARANG (Sigijateng.id) -Kelompok 118 KKN RDR ke 77 UIN Walisiongo Semarang tahun 2021 mengadakan diskusi online melalui live Instagram, Rabu (13/10). Diskusi tersebut diikuti oleh para pengguna instagram baik dari mahasiswa UIN Walisongo maupun masyarakat umum. Diskusi ini mengusung Perempuan di Ruang Publik.

Adapun narasumber dalam kegiatan diskusi perempuan di ruang publik adalah Widad Diana, S.Pd. Dia merupakan salah satu Co-Founder Langkah Muslimah.

Diskusi dipandu oleh Millata Faradina sekaligus host yang merupakan anggota kelompok 118 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang.

Jalannya diskusi dimulai dengan pembukaan yang dilakukan oleh host, kemudian dilanjut dengan membacakan cv pemateri oleh host. Pemateri menyampaikan materi selama 15 menit dan ditutup dengan sesi tanya jawab dan foto.

Widad Diana memaparkan bahwa munculnya istilah perempuan di ruang publik dan domestik tidak lepas dari sejarah. Pada saat adanya teori evolusi manusia ketika manusia belum menetap (nomaden) tidak ada namanya domestik dan publik. Laki-laki dan perempuan sama-sama berburu atau bekerja untuk bertahan hidup. Setelah adanya industri pertanian mulai ada pergeseran industri yang memunculkan adanya ruang publik dan domesik. Kemudian terus berkembang adanya hak-hak perempuan di ruang publik sampai sekarang.

“Tapi kadang orang berpikir perempuan solehah adalah perempuan yang di rumah, cukup di dapur, di kasur, dan di sumur,” kata dia.

Perempuan seringkali mengalami hambatan seperti margenalisasi atau peminggiran terhadap perempuan dan kekerasan. Ketika berbicara soal apakah perempuan harus tampil diruang publik menurut pemateri penting bagi perempuan tampil di ruang publik.

“Berbicara perempuan sebagai manusia tentu perempuan memiliki identitas, yakni satu sebagai hamba Allah, dua sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi,” beber Widad Diana.

Ketika kaum perempuan sebagai pemimpin di muka bumi maka mempunyai tugas untuk menciptakan kemaslahatan seluas-luasnya dimuka bumi ini. Kalau masih terhambat lalu bagaimana dapat menjadi orang yang bermanfaat.

“Ketika kita ingin berkiprah diruang publik dimana disitu perempuan memiliki potensi untuk bermanfaat seluas-luasnya namun kita tidak bisa memaksimalkan potensi kita sebagai manusia yang memiliki tugas amar ma’ruf nahi mungkar. Jadi kenapa kita harus diruang publik yakni dalam rangka memaksimalkan perempuan yang juga memiliki tugas seperti laki-laki untuk menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar di muka bumi ini. Yang kedua agar menciptakan keadilan hakiki bagi perempuan karena apabila perempuan tidak terlibat di dalam ruang public maka siapa yang akan memperjuangkan hak-hak perempuan,” beber dia.

Acara diskusi berlangsung sangat menarik dibuktikan dengan adanya interaksi dua arah, pertanyaan dan masukan mengenai beberapa pengalaman terkait dengan kesetaraan gender serta isu peran perempuan di ruang publik. (kel-188/elis/asz)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini