Kelompok 10 KKN UIN Walisongo Hadirkan Ulama dan Pendeta dalam Webinar Moderasi Beragama

SIGIJATENG.ID – Situasi pandemi yang masih sangat melekat di tengah-tengah kehidupan tak menyurutkan semangat bagi para mahasiswa untuk tetap melakukan pengabdian seperti halnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan dari rumah. Skema KKN pada masa pandemi ini berbeda dengan KKN pada umumnya, mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif dalam melakukan pengabdian.

Kelompok 10 KKN MIT DR XII UIN Walisongo melakukan pengabdian melalui acara webinar moderasi beragama yang digelar melalui aplikasi Zoom Us dengan tema “Keberagaman Agama Dalam Satu Bangsa dan Negara”.

Acara webinar tersebut disambut oleh Dr. Kurnia Muhajarah, M.Si. Selaku DPL Kelompok 10 KKN MIT DR XII UIN Walisongo dan M. Rikza Chamami, M.Si. Selaku Kapus PPM LP2M UIN Walisongo. Acara webinar moderasi beragama ini diisi oleh Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Ag. Selaku Ketua FKPT Jawa Tengah dan Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Walisongo, dan diisi oleh Pendeta Aryanto Nugroho, Selaku Pengurus Pusat Jemaat Allah Global Indonesia. Selain itu juga di hadiri oleh Pdt. Dr. David Tjahjadi Nugroho, selaku Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pendeta Indonesia (API).

Kurnia Muhajarah menyampaikan bahwa moderasi beragama sangat diagungkan oleh UIN Walisongo dengan prinsip “agamamu agamamu, agamaku agamaku” yaitu berupa toleransi beragama yang harus saling menghormati, saling menghargai dalam kesatuan Bhineka Tunggal Ika. “Sekarang ini di UIN Walisongo juga sudah mempunyai Rumah Moderasi Beragama yang salah satu tokohnya adalah Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Ag. dan M. Rikza Chamami, M.Si,” kata Kurnia Muhajaroh.

Ketua Pusat PPM LP2M UIN Walisongo Semarang M. Rikza Chamami, M.Si. mengapresiasi kelompok 10 KKN MIT DR XII UIN Walisongo yang tidak ada lelahnya untuk tetap melakukan pengabdian melalui berbagai macam acara-acara yang dilakukan baik online maupun offline.

Dia juga menyampaikan bahwa LP2M yang merupakan Lembaga di UIN Walisongo yang membidangi pengabdian kepada masyarakat ikut serta dalam menebarkan perdamaian melalui program moderasi beragama. Selain itu umat Islam dan Nasrani harus saling satu padu.

Dalam acara webinar tersebut dijelaskan bahwa Pancasila merupakan rumah kita bersama, Islam dengan agama yang lainnya harus berdampingan dan saling menghargai. Kemudian juga dijelaskan oleh Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Ag. bahwa agama-agama harus membuat transformasi atau sebagai agen of change untuk mengubah pergerakan-pergerakan yang membawa perubahan lebih baik dan saling mentoleransi, karena agama memberikan kita solusi-solusi untuk hidup berkesinambungan.

Pendeta Aryanto Nugroho menjelaskan tiga potensi konflik dalam suasana homogen identitas yang memicu perpedaan identitas agama oleh sejumlah masalah diantaranya masalah tafsir, masalah hegemoni sosial, dan masalah sekuler politik.

Kemudian beliau juga menjelaskan tiga pendekatan yang bisa dilakukan untuk menciptakan moderasi beragama yaitu pendekatan konstitusional, pendekatan kesamaan (Common Value) dan pendekatan kemanusiaan dan budaya.

Dan yang terakhir beliau menyampaikan bahwa teman-teman UIN Walisongo patut bangga karena mau berkomitmen dengan topik moderasi beragama ini, karena kita butuh lebih banyak kerja lintas kelompok untuk memperkuat moderasi beragama, dan semuanya harus dimulai dengan lebih banyak bertemu, lebih banyak berkenalan dan lebih banyak berdialog, demi kebaikan Indonesia. Karena Indonesia merupakan Negara yang kompleks, maka penting adanya untuk membicarakan moderasi beragama di Indonesia. (*/asz)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini