Kajian sifat Tasamuh, Tawassuth, dan Tawazun bersama Gus Za’im dan Mahasiswa KKN UIN Walisongo

SEMARANG (sigijateng.id) – Mahasiswa KKN RDR-77 kelompok 129 UIN Walisongo Semarang mengadakan webinar moderasi beragama dengan sub tema “Implementasi Sifat Tasamuh, Tawassuth, dan Tawazun dalam Kehidupan Sehari-hari” secara virtual, Kamis (28/10/2021),

. Webinar ini dihadiri oleh Dosen Pembimbing Lapangan kelompok 129, Mahdaniyal Hasanah Nuriyyatiningrum, M.S.I. Beliau juga memberikan sambutan pada awal acara.

Pemateri yang mengisi kegiatan ini adalah KH. Za’im Ahmad Ma’shoem, pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem. Beliau merupakan salah satu tokoh NU dan masih termasuk keturunan dari KH. Ma’shoem Ahmad atau lebih dikenal dengan Kiai Ma’shoem Lasem.

Lasem sendiri merupakan daerah yang berada di Rembang, Jawa Tengah dengan masyarakat yang plural dan heterogen. Ada yang dari etnis Tionghoa, Jawa, Arab, dan lain-lain. Di samping etnis, agama yang dianut oleh para penduduk juga bermacam-macam, seperti Islam, Kong Hu Chu, Buddha, dan Katolik.

Gus Zaim menerangkan bahwa sifat toleran dan moderat harus dimiliki oleh setiap muslim karena kita tidak hidup sendiri. Kita berada di lingkup ruang sosial di mana terdapat banyak manusia.

Dia juga memaparkan bahwa kehidupan yang islami telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. sehingga orang-orang yang berbeda agama merasa senang hidup di bawah kepemimpinan Rasulullah Saw.

“Madinah tidak dijadikan “Darul Islam” oleh Rasulullah Saw. karena masih ada 1% penduduk yang tidak Islam. Rasulullah Saw. tetap melindungi mereka, bertoleransi kepada mereka, hingga akhirnya mereka dengan sukarela menyatakan keislaman. Pada momen itulah, Rasulullah Saw. baru menjadikan Madinah sebagai “Darul Islam”,” terang Gus Zaim.

Ada pertanyaan yang cukup menarik dari salah satu audien, Inayah. “Bagaimana cara kita menyampaikan kepada orang yang, mohon maaf, masih kurang paham dengan hukum tanpa kita menyinggung dan dapat diterima?” Begitu tanyanya.

Dengan sederhana, Gus Zaim memberikan jawaban lugas yaitu dengan cara memberi contoh yang baik kepada mereka.

Kesimpulan yang dapat diambil dari acara webinar ini antara lain, dalam beragama mesti ada sikap inklusif dan sikap eksklusif yang harus diterapkan sesuai dengan keadaan. Apabila berhadapan dengan orang yang berbeda agama, kita harus mengedepankan sikap inklusif, yaitu meyakini kebenaran agama yang dipeluknya sambil tetap membuka diri untuk mendengarkan kebenaran dari orang lain.

Sedangkan terhadap agama yg kita peluk, maka kita kedepankan sikap eksklusif, yaitu meyakini bahwa agama kita adalah agama yang benar. (kel129/zul)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini