Jangan Cuma Dosen Atau Guru, Lulusan Bahasa Inggris Juga Bisa Jadi Penerjemah

Kepala UPT layanan Bahasa dan sertifikasi profesi UPGRIS, Dr. Dyah Nugrahani, S. Pd, M. Hum., memberikan pidato pembukaan dalam kuliah umum virtual dengan mengangkat tema 'Video game translation; what makes it different from the other audiovisual translations'. (Dok.)

SEMARANG (SigiJateng) – Dalam rangkaian dies natalis 40 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Unit pelaksana teknis (UPT) layanan Bahasa dan sertifikasi profesi bekerjasama dengan program studi pendidikan Bahasa Inggris (PBI) menggelar kuliah umum virtual dengan mengangkat tema ‘Video game translation; what makes it different from the other audiovisual translations’.

Kepala UPT layanan Bahasa dan sertifikasi profesi UPGRIS, Dr. Dyah Nugrahani, S. Pd, M. Hum., memberikan pidato pembukaan dengan menggambarkan situasi yang dihadapi lulusan kuliah jurusan Bahasa Inggris.

Dia menggambarkan lulusan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sangat berlimpah. Hal itu menjadi problem tersendiri ketika para lulusan mencari pekerjaan. Membludaknya jumlah lulusan muda disebut Dyah tidak seimbang dengan jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia, terutama di pulau Jawa.

Dyah membeberkan ada alternatif lain bagi para lulusan Bahasa Inggris yaitu menjadi penerjemah profesional. Dalam analisisnya, penerjemah profesional makin diminati. Menurutnya, lulusan Bahasa Inggris tak harus menjadi guru atau dosen semata, namun tentunya menjadi penerjemah profesional mesti pandai-pandai mempersiapkan diri.

“Karena memang jurusan ini menjadi favorit di pelbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka tentu tidak boleh menganggap bahwa satu-satunya lowongan hanya menjadi guru atau dosen saja. Sarjana pendidikan Bahasa Inggris sepatutnya bisa memanfaatkan seminar penerjemahan ini, karena memang profesi penerjemah masih terbilang sedikit dan minim peminat,” tutur Dyah, Selasa (22/6/2021).

Narasumber lain dalam kuliah umum tersebut, Dr. SF Luthfie Arguby Purnomo, M. Hum., dalam menyampaikan materi menjelaskan bahwa pekerjaan mengedit dan menerjemahkan lebih sulit atau lelah daripada memulai lebih awal.

“Lebih baik baik membayar mahal terjemahanya baik daripada murah atau gratis akan tetapi terjemahanya jelek,” tutur Luhfie.

Salah satu kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Inggris adalah dengan menjadi penerjemah.

“Banyak yang belum melihat celah ini, betapa jumlah penerjemah profesional di Indonesia masih begitu sedikit,” pungkasnya. (Mushonifin).

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini