Ganjar Belajar “Jogo Tonggo” kepada Kades Karangnangka

Gubernur Ganjar Pranowo melihat penerapan program Jogo Tonggo dan penyerapan dana desa untuk penanggulangan Covid-19 di Desa Karangnangka, Kedungbanteng, Purwokerto, Jumat (6/8).

BANYUMAS (sigijateng.id) -. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berkunjung ke Desa Karangangka Banyumas Jumat (6/8/2021). Tujuan Ganjar yakni untuk belajar Jogo Tonggo kepada kades Karangngka, Sunarto.

Sebelumnya, saat Rembug Desa beberapa waktu lalu, Sunarto mengatakan bahwa desanya sudah memiliki program Jogo Tonggo dan Jogo Warga sejak 2019 lalu. Bahkan Sunarto mengatakan program itu sudah ada sebelum Ganjar mencetuskan Jogo Tonggo.

“Karangnangka tahun 2019 uwis nduwe Jaga Tangga Jaga Warga. Pak Gubernur datang ke sini saja, nanti tak ajari carane,” kata Sunarto saat Rembug Desa.

Ganjar pun saat itu menganggukkan kepala. Ia berjanji akan datang ke Desa Karangnangka untuk belajar pada Sunarto. Dan itu dilakukan hari ini. Ternyata benar, penanganan pandemi di desa itu memang sangat baik.

“Kami punya group WA pak, untuk memantau semua warga. Jadi tiap hari kami cek, ana ora wargane sing mriang (ada tidak warganya yang sakit). Kalau ada langsung ditangani,” kata Sunarto.

Selain itu, di desanya tersebut terdapat 33 warga yang positif Covid-19. Karena mereka isolasi di rumah, maka keluarga serumah pasien dianggap positif dan juga wajib melakukan isolasi.

“Urusan permakanan kita suport pak. Ada iuran dari RT dan warga sekitar. Dari kami juga berikan, tentu melihat apakah dia layak atau tidak,” tegasnya.

Dan yang paling dipamerkan Sunarto adalah Nakes Dadakan. Jadi, di desanya itu Sunarto mengajari ibu-ibu Dasawisma untuk dijadikan tenaga kesehatan dadakan yang tugasnya mengecek kesehatan pasien positif Covid-19 setiap hari.

“Kalau mengandalkan bidan desa saja kan kasihan pak, 24 jam ora turu (tidak istirahat). Makane Dawis tak optimalna (makanya Dawis saya optimalkan). Ana wong 16 pak, ibu-ibu Dawis sing dadi nakes dadakan (ada 16 orang ibu-ibu dawis yang jadi nakes dadakan),” terangnya.

Ganjar pun tak percaya begitu saja dengan cerita Sunarto. Ia meminta Sunarto menengok salah satu rumah pasien yang sedang isolasi. Ternyata, saat tiba di lokasi, ada dua ibu-ibu berpakaian APD lengkap yang sedang mengecek pasien isolasi.

“Nah itu pak, kui nakes dadakan (itu nakes dadakannya)” jelasnya.

Ternyata benar, di tempat itu ada dua ibu-ibu berpakaian APD lengkap sedang mengecek pasien yang isolasi mandiri di rumah. Mereka mengatakan bahwa keduanya bukan tenaga kesehatan, melainkan ibu-ibu Dawis.

“Kami diajari pak, cara mengecek pasien. Diajari ngecek suhu, cek saturasi oksigen pakai oxymeter, diajari ngecek tekanan darah, dan menanyakan keluhan-keluhan pasien. Tiap hari kami datang ke pasien yang isolasi mandiri pak dan melaporkan hasil pantauan kami di group WA yang ada pak lurah dan bu bidan di dalamnya,” kata mereka.

Ganjar pun mengangkat dua jempolnya. Ternyata memang benar, penanganan pandemi di Desa Karangnangka berjalan sangat baik.

“Hari ini saya ke Desa Karangnangka Banyumas, ini komplit ada pak Kades, pak Bupati dan lainnya. Ini saya cek warga yang isolasi mandiri, ternyata ada nakes dan linmas yang sedang mengecek. Dan yang menarik, nakesnya ini bukan nakes asli, tapi nakes dadakan. Ibu-ibu Dasawisma dilatih dan dioptimalkan untuk penanganan pandemi,” jelasnya.

Menurutnya, hal itulah yang ia harapkan. Konsep Jogo Tonggo adalah cara mengoptimalkan kekuatan masyarakat dan komunitas.

“Jadi ada Dasawisma, mereka dilatih menangani pasien. Ada dokternya juga yang mengajari, sekaligus memantau penanganan di lapangan. Ini top,” ucapnya.

Kades Karangnangka, Sunarto mengatakan, optimalisasi ibu-ibu Dawis menjadi nakes dadakan itu dimulai sejak varian delta muncul. Sebab, di desanya banyak warga yang positif.

“Total ada 16 orang yang kami latih untuk dijadikan nakes dadakan. Mereka dilatih cara penanganan pasien termasuk cara melindungi diri agar tidak tertular. Kami dari desa memfasilitasi, dari bidan memfasilitasi dan semuanya mendukung,” jelasnya.

Pihaknya mengatakan sengaja mengoptimalkan Dawis karena mereka yang berada dekat dengan pasien. Kalau mengandalkan RT, cakupannya terlalu luas.

“Alhamdulillah dengan optimalisasi Dawis sebagai nakes dadakan ini, masyarakat semakin terpantau dengan baik. Karena kan 10 rumah itu satu Dawis, jadi lebih dekat cakupannya. Selain membantu penanganan pasien, dengan adanya nakes dadakan dari Dawis ini juga meningkatkan kepedulian masyarakat pada tetangga,” pungkasnya. (aris)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini