Data Covid-19 Kota Semarang Tidak Sinkron, Bisa Rugikan Dunia Wisata

Koordinator Pegiat Wisata Kota Semarang saat menyampaikan kritik soal ketidaksinkronan data covid-19 antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang. (Mushonifin)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Belum ada kepastian apakah dunia pariwisata akan kembali dibuka jelang berakhirnya PPKM level 4 pada hari ini, Senin (2/8/2021). Ketidakpastian mengenai kembali bergulirnya aktivitas wisata dikarenakan tingkat penularan covid-19 melalui klaster wisatawan dianggap masih tinggi.

Hal ini mengundang kritik dari salah seorang pelaku wisata dan promotor pariwisata Kota Semarang, Gus Wahid.

Kepada media, Gus Wahid mengatakan ada ketidaksinkronan data menyebabkan keputusan pemerintah pusat ‘justru merugikan’ laju perekonomian di Kota Semarang. Alhasil karena masih ditetapkan dalam level 4 PPKM, di Semarang hingga saat ini masih belum memperbolehkan beberapa sektor ekonomi khususnya di bidang pariwisata untuk beroperasi.

“Pemerintah selayaknya melakukan sinkronisasi data jumlah angka penderita Covid-19 di tingkat kota dan provinsi,” ujarnya, Senin (2/8/2021).

Pria yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Pegiat Wisata Kota Semarang membeberkan perbedaan data covid-19 di Kota Semarang yang sangat mencolok antara Pemprov Jawa Tengah dan Pemkot Semarang.

“Ini ada perbedaan yang sangat signifikan. Data di DKK Kota Semarang misal di hari ini jumlah pasien terpapar sudah turun di angka 1.051, sementara data di Pemprov masih 2.310. Beberapa hari sebelumnya masih ada selisih hingga 5 ribuan. Ini jelas mempengaruhi pemerintah pusat dalam mengambil keputusan,” terang gus Wahid,

Alhasil dengan data yang disampaikan Pemprov Jateng ke pusat, lahirlah keputusan bahwa PPKM di Kota Semarang masih di level 4. Namun dengan melihat fakta dan adanya selisih data, selayaknya level PPKM di Kota Semarang bisa turun lebih baik.

Dengan berada di level 4 itu pula, seluruh sektor ekonomi masih cukup lumpuh karena masih banyak pembatasan. Berbeda halnya jika berada di bawah level 4, tentu pembatasan yang dilakukan jauh lebih longgar dan ekonomi bergulir semakin baik.

“Mohon kiranya pihak-pihak terkait dapat lebih sinkron dalam memasukkan data. Masyarakat yang terkena imbasnya jika terus salah dalam input data, apalagi selisihnya sampai ribuan. Pemerintah yang salah, namun masyarakat yang menanggung akibatnya. Kami ini sudah jatuh tertimpa tangga, kerubuhan rumahnya juga,” keluhnya sembari berkelakar.

Gus Wahid menambahkan, pihaknya sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Pemkot Semarang dalam melaksanakan PPKM. Kedisiplinan dan langkah strategis pembatasan mobilitas warga, terbukti efektif menurunkan angka paparan virus.

“Ini harus diapresiasi, jangan sampai langkah efektif Pemkot Semarang tidak mendapat apresiasi positif dari pemerintah pusat. Dengan langkah tersebut, selayaknya lo kita berada di level 2 atau 3 PPKM. Ini jelas merugikan warga, kasihan juga Pemkot dan Pak Walikota Semarang yang sudah bekerja keras dan sudah membuahkan hasil namun seolah tidak diakui hanya gara-gara selisih angka,” tandasnya.

Pemprov Jateng sebagai pihak yang melakukan input data ke pusat, nilainya memiliki peran penting dalam melakukan sinkronisasi ini. Karenanya ia berharap, mereka lebih profesional dan semakin cermat dalam melakukan input data.

Terpisah, Ketua Kadin Kota Semarang Arnaz Agung Andrarasmara menambahkan jika level PPKM saat ini selain ditentukan oleh kinerja Kepala Daerah, pemerintah, pelayanan dan fasilitas juga oleh kesadaran masyarakat dalam memerangi Covid-19. Akurasi data diperlukan karena terkait nasib banyak orang.

“Kedisiplinan masyarakat Kota Semarang dalam menjaga mobilitas saat PPKM darurat berhasil menurunkan kurva Covid-19 dengan signifikan, seharusnya menjadi pertimbangan bahwa Kota Semarang layak masuk level yang lebih rendah,” tukasnya.

Ditambahkan, profesionalisme dalam meng-update data masuk secara tepat, mutlak dilakukan. Kredibilitas data menjadi taruhan bagi banyak orang di masa pandemi ini karena kebijakan yang dilakukan berdampak pada perekonomian. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini