Cerita Pengrajin Buruh Emping Melinjo di Kendal Hantarkan Kedua Putrinya Sukses Raih Prestasi Cumlaude Bersamaan

Muzaroah ibunda dari Sayidatul dan Milati yang mampu menghantarkan kedua putrinya raih prestasi cumlaude saat ditemui dirumahnya, Sabtu (28/8/2021). ( foto dye/asigijateng)

Kendal (Sigi Jateng) – Suara ketukan pukulan palu bertalu-talu nampak terdengar jelas di belakang didalam sebuah rumah sederhana berdinding dari papan kayu milik Muzaroah (45) warga Dusun Wonokerso Desa Tirtomulyo Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Suara yang terdengar saban hari tersebut merupakan aktivitas bagi Muzaroah saat bekerja membuat emping (melinjo). Di ruang kecil sebuah dapur berlantai tanah kering dan berdampingan dengan kandang ternak itulah, sehari-hari ia berkutat dengan palu dan tungku kecilnya.

Sejak sang suami meninggal dunia pada tahun 2002 silam, perempuan setengah baya yang telah dikaruniai dua anak putri ini tak putus asa mengaruhi bahtera hidupnya. Terlebih untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik sebelum maupun di masa pandemi yang hingga kini belum berakhir.

Siapa sangka, bagi Muzaroah yang hanya lulusan sebuah Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD ini mampu membiayai sekolah kedua putrinya hingga lulus perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Yang lebih membuatnya bangga lagi, kedua putrinya selesai S 1 dan S2 dengan prestasi Cumlaude.

“Alhamdulilah, kedua putri saya lulus hingga perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Rasa senang dan bangga pastinya,” ucap Muzaroah dengan nada lirih saat ditemui sigijateng.id di rumahnya, Sabtu (28/8/2021).

Kedua anaknya adalah Sayidatul Maslahah lulusan S2 Pendidikan Luar Biasa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan IPK 3,78 dan Nur Milati lulusan S1 Pendidikan Teknik UNY Mekatronika dengan IPK 3,78. Kedua kakak beradik ini resmi diwisuda pada Sabtu (26/6/2021) lalu.

“Datul dan Mila diwisuda akhir Juni 2021 lalu. Kata dosen, kedua putri saya memiliki prestasi, sehingga waktu yang ditempuh selama kuliah hanya sebentar 3 tahun lebih sedikit,” ungkap dia yang tinggal di RT 03 RW 6 Dusun Wonokerso ini.

Muzaroah menceritakan, selama kedua putrinya menempuh pendidikan sejak dibangku MTs hingga perguruan tinggi tersebut. Tak pernah meminta uang sama sekali. Apakah itu untuk membeli buku, uang saku dan sebagainya.

“Sama sekali tidak pernah meminta uang kepada saya, tapi anak saya tenyata mampu menyelesaikan pendidikannya. Dulu waktu sekolah kerap membawa bekal nasi dari rumah, saat jam istrahat dia gunakan ke mushola sekolah sambil makan bekal nasi yang dibawanya,” kenang dia.

Bukan hal mudah bagi Muzaroah menghantarkan kedua putrinya wisuda. Sejak tahun 2002 dia telah ditinggal suaminya Muchaelani dan harus menggeluti berbagai macam pekerjaan yang lazimnya dikerjakan oleh kaum pria, yakni menjadi buruh harian pengerjaan jalan cor.

Sebelum almarhum suaminya meninggal, lanjut Muzaroah, pesan yang yang kerap disampaikan kepada dua putrinya. Yang penting adalah tetap belajar dan jangan putus sekolah sampai kapanpun. Serta terus berdoa dan tidak meninggalkan ibadah.

“Saya dan almarhum, tidak pernah keras dalam mendidik anak. Yang ditekankan almarhum saat itu, jangan pernah putus asa dalam belajar dan jangan meninggalkan ibadah itu saja. Kami memang dari keluarga yang tak punya, hal ini yang membuat kedua putri saya justru semangat dalam belajar,” ucapnya.

Sebagai buruh pengrajin emping melinjo, penghasilan yang didapatkan Muzaroah tidak tetap setiap harinya. Bahkan, dalam seminggu ia pernah hanya mendapatkan upah sebesar Rp 20 ribu. Untuk bisa menyekolahkan kedua putrinya, ia turut dibantu oleh keluarga dan guru sekolah. Mereka kerap membantu dengan ikhlas serta membimbing kedua putrinya.

“Kedua paman mereka yang selalu menjaga dan membimbing dua anak saya. Kakek dan nenek mereka juga berjuang supaya bisa memberikan makan untuk kami,” tuturnya.

Diketahui anak pertama Muzaroah, Sayidatul Maslahah sendiri sebelum lulus wisuda S2 merupakan mahasiswa penerima beasiswa bidik misi di UNY jurusan S1 Pendidikan Luas Biasa tahun 2014. Bahkan, selama menempuh pendidikannya, ia banyak menorehkan prestasi, seperti mahasiswa berprestasi tingkat fakultas di tahun 2017 dan Runner up mahasiswa berprestasi FIP tahun 2016.

Selain itu, juga berhasil menjadi mahasiswa penerima penghargaan berprestasi di bidang penalaran selama 3 tahun 2015-2018. Dia juga mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi dalam ajang kancah Internasional yaitu The 3rd International ASEAN Culture Camp: ISAAN Culture di Suranaree University of Technology, Thailand yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni s/d 25 Juni 2016.

Sayidatul juga pernah mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan Site in di University Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia. Di tahun 2017 pernah mengikuti Short Term Internship (Sit-In) Mahasiswa Berprestasi ini dilaksanakan di Pangasinan State University, Bayambang, Pangasinan, Filipina.

Akhirnya pada tahun 2018, Sayidatul berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dengan IPK 3,83 dan merupakan wisudawan terbaik jurusan.

Tak kalah dengan kakaknya, Nur Milati berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan sebesar Rp 125 juta dalam bentuk pendidikan, asrama, baju dan lainnya selama 3 tahun. Ia mendapatkan beasiswa bidikmisi di Prodi Pendidikan Teknik Mekatronika lewat jalur SBMPTN.

Nur lulus dalam waktu 3 tahun 9 bulan. Ia pun berencana melanjutkan pendidikannya di jenjang S2 pada program studi yang sama melalui jalur beasiswa.

Dorongan motivasi akan prestasi belajar kepada kedua putrinya tersebut juga diberikan oleh seluruh keluarga. Terlebih Abdul Aziz (39) yang merupakan paman dari Sayidatul Maslahah (24) dan Nurmilati (22) sudah dianggap sebagai bapak terdekat.

Abdul Aziz mengatakan, keinginan kuat semangat belajar kedua keponakannya tersebut setiap saat terus diberikan meski melalui dorongan moril. “Dulu saat akan menempuh pendidikan perguruan tinggi, melalui perjuangan yang berat untuk bersaing dengan ratusan calon mahasiswa melalui seleksi SMPTN,” kata Aziz.

Berawal memang dari keluarga kecil dan sederhana, kata Aziz, keponakannya diarahkan untuk tetap bisa belajar hingga di perguruan tinggi. “Alhmadulilah, Allah SWT mendengar doa kami. Keponakan bisa lolos dan masuk perguruan tinggi meski bersaing dengan ratusan calon mahasiswa lainnya saat itu,” bebernya.

Disinggung terkait sejumlah prestasi yang diraih keponakannya tersebut, Aziz mengatakan sejak usia kecil duduk dibangku TK hingga perguruan tinggi selalu diperingkat satu. “Keponakan saya selalu menduduki di peringkat satu,” ucapnya.

“Apalagi begitu kuliah, dia selalu menjadi juara 1 dalam lomba karya tulis ilmiah jurusan fisika dan kimia baik ditingkat regional maupun nasional. Banyak tropy piala yang diperolehnya, terakhir kalau tidak salah menjuarai lomba membuat robotik dari kementerian riset dan pendidikan nasional,” imbuh Aziz.

Dirinya berharap, selain ikut membanggakan keluarga, prestasi yang diraih kedua keponakanya tersebut bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Khususnya di lingkungan tempat tinggalnya.

Selain itu dia juga berharap agar generasi muda Indonesia memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Sebab, baginya ilmu dapat menghantarkan pada keberkahan baik di dunia maupun di akhirat.

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Maka dari itu, ketika saya bisa berbagi kebaikan dengan orang-orang di sekeliling, itulah kesuksesan dan kemewahan yang tiada tara bagi keluarga kami,” tutup dia.

Sementara itu, diketahui jika Sayidatul Maslahah (24) dan Nurmilati (22) saat ini masih tinggal kos di Yogyakarta. Sejak wisuda hingga kini belum pulang sehubungan masih ada tugas lain yang harus diselesaikan. (Dye)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini