Baru Wisuda Bingung Cari Kerja, Ini Alternatif Profesi Dari Kaje Foundation

Jamal Luthfi, founder yayasan Kaje Bhakti Generasi Untuk Negeri atau Kaje Foundation. (Mushonifin)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Di Kota Semarang, sekitar 50.000 mahasiswa diwisuda setiap tahunnya, sementara lowongan pekerjaan yang tersedia tidak sebanyak itu. Bahkan sebagian wisudawan seringkali berharap menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau PNS melalui lowongan CPNS yang beberapa waktu lalu telah dibuka. Padahal rasio penerimaan PNS hanya satu persen dari pendaftar.

Ikhwan, pengusaha retail dan media online inibaru.id sedang memberikan materi personal branding pada para peserta pelatihan digital marketing yang dilaksanakan di aula Kaje Foundation Kedungpane Mijen. (Mushonifin) 

Apalagi pemerintah sebenarnya memprioritaskan pegawai honorer atau PPPK yang sudah lama mengabdi di pemerintahan untuk menjadi PNS. Dengan kondisi seperti ini, jalur PNS melalui jalur fresh graduate (lulusan baru) menjadi semakin tipis.

Hal itu dikatakan oleh Jamal Luthfi, founder yayasan Kaje Bhakti Generasi Untuk Negeri atau Kaje Foundation, yang prihatin dengan minimnya alternatif profesi yang dimiliki oleh wisudawan tersebut. Jamal Luthfi adalah seorang pengusaha di bidang kuliner dan resto, desainer grafis, meuble, perkayuan, desain konstruksi dan properti, serta event organizer dengan brand “Kaje Grup”

Sedangkan Kaje awalnya adalah sebuah depo meuble dan ukiran kayu yang berdiri sejak 2010. Kaje (KJ) sendiri adalah singkatan dari Kayu Jepara.

Jamal mengatakan, saat peluang menjadi PNS habis, para wisudawan itu akan pasrah begitu saja dan akan memilih bekerja ala kadarnya.

“Kalau jadi guru ya guru wiyata (pengabdian), kalau kerja ya jadi buruh di pabrik. Itu tidak salah, tapi kalau pekerjaan itu bukan ekspektasinya itu akan bermasalah, ” ujar pria yang juga seorang konsultan politik ini pada pelatihan digital marketing yang dilaksanakan di aula Kaje Foundation Kedungpani Mijen pada Rabu malam (7/4/2021).

“Bahkan kalau udah mentok para wisudawan akan memilih menjadi buruh. Itu juga masih mendingan karena ada yang setelah wisuda masih menganggur sampai bertahun-tahun karena minimnya lowongan pekerjaan, ” ungkap alumni Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang (sekarang UIN) ini.

Pemerhati ketenagakerjaan ini ingin mahasiswa memiliki opsi lebih banyak untuk menjalani sebuah profesi setelah diwisuda.

“Tak harus sesuai dengan bidang studinya, mereka bisa belajar banyak hal sekaligus menjalani profesi yang berbeda dari bidang studinya, ” terangnya.

Karena hal itulah Jamal mengadakan kelas enterpreneur untuk memfasilitasi para mahasiswa dan wisudawan yang ingin bergelut didunia kreatif.

“saya sudah sejak tahun lalu ingin menggelar kelas ini tapi karena ada pandemi baru sekarang terrealisasi, ” paparnya.

Jamal menceritakan latar belakang tercetusnya gagasan ini karena dirinya pernah mengalami kegelisahan besar saat baru lulus kuliah yang saat itu bidang studinya, Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, termasuk bidang studi yang sangat sulit mendapatkan lowongan pekerjaan.

“Kita berlatarbelakang belakang dari kegelisahan mahasiswa pasca lulus, di Kota Semarang saja kalau pakai hitungan kasar ada 50.000 mahasiswa yang diwisuda setiap tahun. Belum lagi di daerah-daerah yang sudah punya kampusnya sendiri. Nah kita ingin membantu para wisudawan itu meraih apa yang sudah diimpikannya sejak awal. Ada yang pengen jadi PNS, jadi guru, jadi , dan jadi apapun. Nah kita memberikan alternatif yaitu di dunia enterpreneur, ” bener Jamal.

“Kita hanya memberikan tawaran saja untuk mahasiswa yang berfikir untuk menempuh jalur yang agak berbeda. Karena jika peluang jadi PNS hanya satu persen, enterpreneur memiliki peluang hingga seratus bahkan duaratus persen, ” sambungnya.

Jamal memberikan motifasi kepada para wisudawan baru agar semangat menata diri dan mulai membangun mental dengan tidak takut akan kegagalan.

“Karena yang terpenting bagi para wisudawan baru adalah semangat mengatur diri pasca kelulusan dan bermental mandiri. Kenapa mental? Karena mayoritas mahasiswa yang baru lulus itu pada takut gagal dan takut rugi. Padahal masalah itu masih bisa dicari solusinya, ” tekannya.

“Kita harus sadari bersama bahwa persaingan di dunia PNS, karyawan, atau bahkan politik ruangnya sangat sempit tapi konstelasinya sangat tinggi, ” pungkasnya. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini