Abrasi Makin Menggila, Warga Timbulsloko Lakukan Audiensi di DPRD Demak

Penampakan foto udara Dukuh Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang sudah tergenang abrasi. (Dok.)

DEMAK (Sigi Jateng) – Warga Dukuh Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak melakukan audiensi dengan DPRD setempat pada Rabu (18/8/2021).

Kedatangan warga yang langsung disambut ketua DPRD Kabupaten Demak, Fahruddin Bisri Selamet itu sudah kesekian kali untuk mengeluh pada pemangku kebijakan terkait sulitnya akses warga karena abrasi yang semakin menggila.

Suasana audiensi warga Dukuh Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak di DPRD Kabupaten Demak. (Dok.)

Makruf, selaku perwakilan warga menyampaikan kondisi wilayahnya di RW 07 Dukuh Timbulsloko yang saat ini sudah terkurung air hingga membatasi aktivitas ekonomi warga.

“Hari ini Warga Dukuh Timbulsloko didampingi Tim Solidaritas Kemanusiaan melakukan audiensi di Kantor DPRD Kabupaten Demak. Kami Dari perwakilan warga memaparkan mengenai kondisi masyarakat Dukuh Timbulsloko RW 07,” ujar Makruf.

Saat ini jumlah warga di Dukuh Timbulsloko berjumlah 592 jiwa yang termasuk dalam 197 KK. Hingga saat ini belum ada upaya berarti untuk membangun akses jalan bagi warga di sana.

“Mulai dari data warga di tahun 2021 terdiri 592 jiwa dalam 197 KK yang terkungkung dari dampak abrasi yang sangat membatasi aktivitas sosial dan ekonomi warga sampai hari ini. Dari kesulitan akses keluar masuk kampung, mencari nafkah, penyediaan bahan pokok, akses pengobatan, penanganan jenazah jika ada warga yang meninggal, dan akses anak-anak yang hendak berangkat sekolah,” beber Makruf kepada ketua DPRD Demak.

Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Demak, Fahrudin Bisri Slamet hari ini memberikan ruang kepada warga Timbulsloko bertemu dengan dinas atau instansi terkait agar dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi warga Dukuh Timbulsloko.

Pria yang akrab disapa FBS tersebut meminta pihak Pemerintah Kabupaten Demak tidak menunda-nunda program pembangunan akses bagi warga Dukuh Timbulsloko.

“Saya meminta supaya akses dari manapun lebih dipermudah, jangan sampai dipersulit, khususnya untuk kebutuhan akses makam yang paling urgen. Tidak usah menunggu anggaran 2022, kelamaan,” tandas FBS kepada SKPD yang hadir dalam audiensi.

FBS menyadari betapa warga setempat telah melakukan segala daya upaya untuk menyelamatkan hidup mereka.

“Karena warga sudah melakukan swadaya dan gotong royong untuk beradaptasi sampai pada kapasitas di luar batas, apalagi mereka kesulitan dari dampak rob dan covid-19,” tukas FBS.

Tim Solidaritas Kemanusiaan yang sudah 2 tahun sejak pandemi covid 19 sampai saat ini mendampingi warga Timbulsloko, meminta negara segera hadir, bisa lebih bergerak cepat melakukan langkah-langkah pemulihan dampak dari krisis iklim dan mitigasi bencana untuk desa2 pesisir yang tenggelam di Kab Demak dan wilayah pesisir lainnya di Indonesia.

Dalam kesempatan audiensi tersebut Komite Ekonomi Kreatif wilayah V turut serta hadir dalam rangka pendampingan warga agar mendapatkan kesempatan Pemberdayaan Ekonomi Kreatif dan pelaku UMKM dan wirausaha pemuda dari SKPD pemangku kepentingan di wilayah Demak.

Audiensi tersebut berjalan lancar dan menghasilkan beberapa point penting yang akan menjadi acuan bagi dinas terkait yang hadir diantaranya : Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Sosial dan PPA, Dinas Pemuda dan Olahraga, serta Bappeda yang akan segera merealisasikan program-program untuk membantu warga dukuh Timbulsloko

Dukuh Timbulsloko merupakan bagian dari salah satu desa yang terdampak akibat abrasi di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. Dimana dampak abrasi air laut tersebut semakin tinggi sehingga mengakibatkan rumah-rumah warga tenggelam setinggi kurang lebih 80 cm sejak tahun 2015

Akses jalan di Dukuh Timbulsloko sudah menjadi lautan, sehingga kesulitan mendapatkan layanan kesehatan bagi ibu hamil, lansia serta penyandang disabilitas, dan juga akses menuju sekolah-sekolah dan fasilitas lain terhambat.

Tempat pemakaman pun kondisinya saat ini tenggelam hingga warga kesulitan ketika akan memakamkan warga yang meninggal. Selain karena kendala akses keluar, lahan yang tergenang dan jika terpaksa akan dimakamkan di luar pedukuhan membutuhkan biaya lebih dari dua juta hingga lima belas juta rupiah untuk membeli padas dan biaya lain-lainnya. Padahal rata-rata warga tidak mampu secara ekonomi dan sangat terpaksa memilih bertahan untuk tinggal dengan kondisi kehidupan yang semakin sulit. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini