Tutup PKKMB, FISIP UNDIP Gelar Webinar Kepemudaan

Jalannya Webinar FISIP UNDIP. (Foto Humas FISIP UNDIP)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semaramg menyelenggarakan Seminar Nasional Virtual dengan tema “Patriotisme Intelektual Muda dan Cinta NKRI Menuju World Class University”. Acara ini diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan sekaligus penutupan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2020.

Acara ini menghadirkan pembicara diantaranya: Prof. Dr. Irfan Idris, MA (Direktur Deradikalisasi BNPT RI), Jack Harun (Mantan Narapidana Terorisme), Dr. Kh. Muhammad Adnan., Ma (Ketua TIMARU UNDIP, Ulama NU), dan Drs. Turtiantoro., M.Si (Ketua TIMARU FISIP UNDIP, Dosen S1 Ilmu Pemerintahan)

Peserta yang hadir dalam seminar ini adalah masyarakat umum kurang lebih sebanyak 1.300 peserta.

Ketua BNPT, Prof. Irfan Idris mengatakan, maraknya paham radikalisme di kampus dan banyak pihak yang ingin merongrong kesatuan NKRI seperti paham radikalisme melalui generasi intelektual muda penerus bangsa.

“Patriotisme intelektual anak-anak muda (mahasiswa) dan cinta NKRI menjadi syarat mutlak dalam menuju world class university dan juga mempertahankan NKRI,” ungkapnya pada Senin (21/9/2020).

Hal ini, menurut Irfan Idris, menjadi spirit generasi milenial dalam menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

“Bahwasannya kita tidak boleh bersikap intoleran. NKRI ibaratkan layaknya seperti kapal besar, maka jangan ada penumpang yang membocorkan kapal besar karena hanya untuk membetuk negara-negara berdasar khilafah,” jelasnya.

“Paham radikalisme adalah sekumpulan gerakan manusia yang ingin mengganti falsafah negara Indonesia yaitu pancasila dan bentuk negara republik menjadi bentuk negara khilafah. Radikalisme ialah seseorang yang bersikap intoleran, anti pancasila, anti NKRI dan penyebaran paham kafir sehingga akan menyebabkan disintegrasi bangsa,” beber Irfan.

Pembicara kedua yang seorang mantan Narapidana Terorisme, Jack Harun, menceritakan pengalamannya bagaimana tahapan penyebaran radikalisme dan tempat-tempat perekrutan, serta penyebab utama ikut terlibat dalam kelomopok gerakan paham radikalisme.

Penyebab utama Jack Harun ikut terlibat dalam gerakan radikalisme, berawal dari media sosial seperti menonton video-video pembantaian kaum muslimin khususnya negara-negara yang sedang terlibat konflik, sehingga memunculkan empati dan solidaritas sesama muslim. Kemudian terbangkitlah emosi dan mulai bergabung dengan kelompok-kelompok pengajian besar di bawah tanah.

“Awal melakukan aksi kerusuhan di Ambon kemudian pada tahun 2002 melakukan pengeboman di Bali berperan menjadi perakit timer bom,” ungkap Jack.

“Sekarang ini penyebaran gerakan radikalisme lebih luas dan mudah melalui media sosial. Maka dari itu, kita sebagai intelektual muda (mahasiswa) harus lebih selektif dalam memilah informasi atau berita dari medsos dan lebih waspada terhadap hal-hal radikalisme,” tukas Jack.

Pembicara ketiga Dr. KH. Muhammad Adnan, Ketua Timaru UNDIP menjelaskan radikalisme adalah mereka menginginkan sebuah negara yang berdaulah khilafah dengan cara mengrongrong persatuan, kesatuan dan keutahan bangsa Indonesia.

“Sekolompok radikalisme memiliki beberapa indikator, pertama tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan padamu negeri. Kedua, tidak mau menghormat bendera merah putih, karena menghormati sama saja seperti menyembah,” ungkap mantan Ketua PWNU Jawa Tengah ini.

“Untuk menjadi patriot bangsa cukup mudah, yakni kita tidak menjadi orang jahat atau merencanakan kegaduhan yang menjadikan bangsa Indonesia bercerai-berai dan kacau. Sedangkan untuk menjadi patriot bangsa di kalangan intelektual muda (mahasiswa) kita cukup dengan lulus tepat waktu, merawat dan menjaga Indonesia yang multi entis, agama, bangsa dan dengan segala keragaman yang ada di Indonesia, serta mencegah gerakan-gerakan radikalisme tidak tumbuh dikalangan mahasiswa,” ulasnya panjang lebar.

Pembicara keempat, Drs. Turtiantoro, Ketua Timaru FISIP UNDIP, menjelaskan perkembangan teknologi dan informasi saat ini yang begitu pesat. Turtiantoro mengingatkan setiap generasi muda harus tetap sadar diri tentang keindonesiaan kita.

“Di mana setiap warga bangsa perlu terus meningkatkan dan mengembangkan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara berdasarkan pancasila, dengan konstitusi UUD negara RI 1945, NKRI adalah negara kepulauan berciri nusantara yang pluralistik, menolak setiap sikap dan tindakan intoleran, fitnah, politisasi agama, menebar kebencian, menggalang permusuhan,” ujarnya.

Hal tersebut, menurut Turtiantoro, sangat merapuhkan bangunan bangsa, demokrasi, NKRI, berdaya rusak tinggi terhadap kebhinneka tunggal ika rakyat indonesia.

Baca Berita Lainnya

“Proses pembentukan NKRI ini telah dilakukan oleh para penerus-penerus bangsa yang telah mengkorbankan nyawa dan jiwa raga mereka, sementara kita saat ini tinggal menikmati,” katanya.

“Menikmati tentu menjadi tanggung jawab yang besar, karena saat ini Indonesia ada berbagai macam ancaman. Ancaman itulah yang seharusnya menjadi fokus kita untuk mempertahankan apa yang telah dicapai oleh para pendahulu kita dengan cara mencintai NKRI, bersikap toleransi, menghormati perbedaan, menjaga dan merawat Indonesia supaya tidak terpecah belah menjadi beberapa kelompok,” pungkasnya. (Mushonifin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini