Musim Kemarau Tiba, 53 Desa di Blora Sudah Malapor Kekeringan

Ilustrasi: Ratusan warga saat menerima droping air bersih belum lama ini. (foto: agung/sigijateng)

BLORA (Sigi Jateng) – Memasuki musim kemarau di wilayah Kabupaten Blora,  sejak minggu kemarin sudah ada 6 dari 16 kecamatan di Blora yang mengirimkan data desa yang mengalami kekeringan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora

Enam dari Kecamatan tersebut antara lain,  mulai dari Kecamatan Banjarejo, Kedungtuban, Bogorejo, Jati, Japah dan Todanan. Rencananya, Agustus ini air bersih akan segera didistribusikan ke 53 desa yang sudah masuk.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora Hadi Praseno mengaku, pihaknya menyediakan Rp 418 juta untuk distribusi air bersih kepada desa-desa yang mengalami kekeringan. Diperkirakan ada 164 desa yang bakal terdampak musim kemarau.

Dia menambahkan, pihaknya masih menginventarisir daerah kekeringan. Hingga minggu kemarin baru ada enam kecamatan dengan 53 desa yang melaporkan terdampak kekeringan. 

“Dimungkinkan, Minggu ini selesai. Rencana Agustus mulai penyaluran air bersih kepada desa-desa prioritas dan tingkatan level  kekeringan yang terjadi,” bebernya.

Hadi Praseno menegaskan, ada enam kecamatan yang sudah mengirimkan data kekeringan. Mulai dari kecamatan Banjarejo, Kedungtuban, Bogorejo, Jati, Japah dan Todanan. Total sementara ada 53 desa.

Sebenarnya, dia memiliki gagasan untuk penyaluran air bersih kepada warga terdampak. Sehingga tidak harus antri. Caranya membeli tangki air dari torren. Bisa yang 25 ribu liter atau lebih. 

“Kita tingal droping cepat. Bisa dari BPBD, Relawan dan lainnya. Pembelian tanki pakai dana desa juga bisa. Satu tanki kisaran Rp 8-10 juta untuk kapasitas 5.000 liter,” bebernya.

Menurutnya cara itu lebih efektif. Murah dan awet. Apabila musim kemarau lewat bisa disimpan dan digunakan lagi.

“Kita memang punya potensi cekungan air tanah. Tapi biayanya mahal. Terus membangun tower air dari semen juga biaya tinggi,” ucapnya.

Hadi Praseno menegaskan, musim kemarau perkiran sampai Oktober. Puncaknya Agustus mendatang. 

“Makanya, bencana Blora itu rutin. Ada kemarau, Tanah longsor, angin puting beliung dan banjir. Tidak ada yang lain,” jelasnya.

Baca Berita Lainnya:

Diketahui bersama, tahun kemarin, ada 145 desa dari 14 kecamatan terdampak kekeringan. Hanya Kecamatan Todanan dan Kradenan yang tidak terdampak. Karena memiliki sumber air cukup dekat. Untuk itu, BPBD selalu gencar dilakukan dropping air bersih.(Agung) 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini