Membumikan Pancasila, BPIP Berkolaborasi dengan Lima Komunitas di Jateng

SEMARANG (SigiJateng) – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) membangun komunukasi dan berkolaborasi dengan banyak eleman dan komunitas dalam upaya membumikan ideologi bangsa Indonesia, yakni Pancasila.

Di Provinsi Jawa Tengah BPIP berkolaborasi dengan lima komunitas untuk membangun jejaring Panca Mandala yang terdiri dari unsur media, pengusaha, organisasi masyarakat (ormas), tenaga pendidik dan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Kelima elemen Panca Mandala, dalam hal ini, elemen media diwakili oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah, Pengusaha diwakili oleh Dewan Koperasi Indonesia (DKI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI).

Ormas diwakili Komunitas Permainan dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI), Purna Paskibraka Indonesia (PPI) dan Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO). Dari tenaga pendidik diwakili oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sementara dari kalangan ASN diwakili oleh komunitas Abdi Muda dan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI).

Kelima komunitas ini telah dikumpulkandalam
acara ‘Diskusi Kelompok Terpumpun’ yang digelar BPIP, di Hotel Ciputra, Kamis (26/11/2020). Acara berlangsung dengan menerapkan standar protokol kesehatan covid-19. Semua peserta juga ditest rapid sebelum acara dimulai.

Hadir pada kesempatan itu,
Direktur Hubungan antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Elfrida Herawati Siregar Sp., MM., Plt. Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Prof. Dr. Adji Samekto M, dan Kepala Kesbangpol Jawa Tengah yang diwakili Kabid Ideologi dan Kewaspadaan Kesbangpol Jateng Agung Satrio Prakoso.

Direktur Hubungan antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Elfrida Herawati Siregar Sp., MM., mengatakan, kaum muda termasuk sasaran penanaman nilai-nilai Pancasila. Hal ini sesuai dengan amanat Presiden RI Joko Widodo.

“Jumlah generasi milenial yang berjumlah 129 juta menjadi fokus BPIP dalam pembinaan ideologi Pancasila. Sebagaimana disampaikan Bapak Presiden, membumikan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila terutama kepada anak-anak muda melalui olahraga, musik, dan film,” kata Elfrida dalam sambutannya di acara diskusi bertema ‘Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penggalangan Partisipasi Komunitas Dalam Rangka Pembinaan Ideologi Pancasila’ ini.

Dikatakan Elfrida, kriteria peserta ditetapkan berdasarkan isu-isu strategis yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan rencana strategis (Renstra) BPIP 2020-2024

BPIP menilai pembudayaan Pancasila tidak dapat lagi dilakukan dengan metode dogmatis secara sepihak oleh pemerintah.

Penanaman dan pembumian Pancasila merupakan kebutuhan setiap warga negara. Untuk itu, BPIP merasa perlu melibatkan banyak elemen masyarakat,” kata dia.

Plt. Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Prof. Dr. Adji Samekto M. Hum menyatakan bahwa Pancasila bukan sekedar masa lalu tetap juga masa depan bangsa Indonesia.

Pancasila adalah dasar bagi setiap regulasi pemerintah secara struktural. Di sisi lain, masyarakat juga harus menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup secara kultural.

“Pancasila menjadi dasar bagi penyelenggaraan negara. Dalam konteks kultural, Pancasila harus menjiwai gerak dan langkah bangsa Indonesia,” kata Adji Samekto.

Adji mengungkapkan, pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 merupakan dasar bagi perumusan idologi bangsa dan negara. Lima poin yang disebut oleh presiden RI pertama itu kemudian ditetapkan menjadi lima sila Pancasila. Lima sila itu lalu dijadikan dasar bagi perumusan konstitusi negara pada tanggal 18 Agustus 1945.

“Hingga kemudian ada rapat pada tanggal 22 Juni 1945 oleh panitia sembilan yang juga dipimpin oleh Sukarno sendiri. Itu yang menghasilkan Piagam Jakarta,” terangnya.

Berita Terkini:

“Rangkaian peristiwa dari tanggal 1 Juni hingga 18 Agustus 1945 itu merupakan rangkaian proses lahirnya Pancasila. Itu sudah ditetapkan dalam Keppres Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila,” ungkap Adji.

Menurut Adji, para pendiri bangsa tidak memaknai Pancasila secara utopis atau abstrak belaka. Oleh para pendiri bangsa, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila kemudian dijabarkan secara kualitatif dan kuantitatif demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur. (Aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini