Kisah Sutino, Ketua RT Bekerja Sebagai Kuli Bangunan, Relakan Gajinya untuk Kegiatan Warga., Awalnya Sempat Diremehkan

Sutino, sedang bekerja menyelesaikan renovasi halaman sebuah rumah. Dia berprofesi sebagai kuli bangunan namun enggan menerima gajinya sebagai ketua RT demi kelangsungan kegiatan RT di kampungnya. (Mushonifin)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Pangkat kuli mental priyayi, kalimat pendek itu diucapkan oleh Setyo Utomo (43) untuk menggambarkan Ketua RT di kampungnya yang menurutnya sangat bersahaja. Sutino, sosok yang digambarkan sebagai kuli yang bermental priyayi adalah ketua RT 2/ RW 8, Kampung Jrobang, Kelurahan Ngeserep, Kecamatan Banyumanik Semarang.

Pekerjaan Sutino sehari-hari memang menjadi kuli bangunan yang penghasilannya tidak pasti, bahkan di tengah masa pandemi ini dia sudah lama tidak bekerja. Di saat himpitan ekonomi semakin terasa berat, Sutino tetap tidak mengambil gajinya dan direlakan untuk membantu kegiatan warga. Apalagi mendekati hari kemerdekaan RI ini akan banyak keperluan mendesak untuk kegiatan peringatan kemerekaan.

“Pak Tino ini tampil beda mas dari RT-RT sebelumnya, saya harus angkat topi pada beliau, ide-ide beliau sangat luar biasa, antara lain dia menyerahkan honornya sebagai RT ke kas demi kelangsungan kegiatan warga di sini,” jelas Utomo yang juga mantan ketua RT.

Pendidikan Demokrasi

Utomo mengatakan bahwa dirinya sebenarnya adalah lawan politik Sutino saat pencalonan ketua RT tahun lalu. Namun karena Utomo terkesan dengan gagasan-gagasan Sutino akhirnya Utomo bersedia membantu Sutino mengaplikasikan gagasan-gagasannya. Apalagi Sutino sudah merelakan gaji bulanannya tersebut.

“Saya sekarang sebagai warga biasa yang membantu ketua RT saya. Dulu saya bersaing dengan pak Sutino untuk mencalonkan diri sebagai RT. Tapi saya harus sportif dan mendukung yang terpilih, apalagi ide-ide dia sangat bagus. Saya juga ingin menanamkan pendidikan demokrasi pada semua warga, kalah itu nggak harus sakit hati, bahkan harus membantu yang menang jika gagasannya bagus,” ungkapnya.

“Kita juga sama-sama memungut jimpitan sampah, pertahun bisa mencapai 7 juta rupiah, dari situ kita bisa menghidupkan kegiatan warga dan membangun beberapa fasilitas seperti gazebo ini,” imbuh Utomo.

Utomo mengaku bahwa awalnya dia meragukan gagasan yang disampaikan Sutino, mengingat profesi Sutino sebagai kuli bangunan yang tak pasti penghasilannya. Namun perlahan Utomo menyadari bahwa dukungan dari semua pihaklah yang bisa mendukung realisasi gagasan-gagasan Sutino tersebut.

“Awalnya banyak warga yang meragukan gagasan Pak Sutino, dia juga sempat diremehkan apa mungkin bisa dia mengikhlaskan gajinya. Tapi seiring berjalannya waktu, saya yakin ini gagasan bagus. Prinsip saya jika dia salah saya ingatkan, tapi jika dia benar harus didukung,” tegasnya.

Baca Berita Selanjutnya…

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini