Kemendikbud Putuskan Sekolah di Daerah Zona Hijau Dibuka Kembali, Tapi…

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo. ( foto pnpb)

JAKARTA (SigiJateng) – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memutuskan kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan sistem tatap muka boleh dilakukan kembali. Namun, hanya di wilayah tertentu yaitu zona hijau tidak tercatat adanya kasus positif COVID-19.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, sementara ini ada 92 kabupaten/kota yang dinyatakan masuk zona hijau atau belum terdampak corona.

Adapun kategori daerah yang masuk zona kuning atau risiko rendah berjumlah 136 kabupaten/kota. Hanya saja, catatan tersebut masih belum pasti karena menggunakan perkembangan terakhir pada pekan lalu00

Doni berharap, jumlah zona hijau tersebut tidak berkurang. Namun, dia tidak memungkiri bila di kemudian hari daerah tersebut bisa saja berubah menjadi zona kuning.

Sebab, penentuan sebuah area yang aman dari risiko penularan itu tergantung dari fakta perkembangan kasus yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masing-masing daerah.

Menurut dia, tidak mudah untuk meningkatkan status dari zona kuning ke hijau karena membutuhkan kerja sama semua elemen dari pemerintah hingga masyarakat. Kunci keberhasilan mempertahankan zona hijau adalah hanya displin mengikuti protokol kesehatan.

“Ini bukan kerja satu dua pihak, tapi kerja bersama, gotong royong. Selama seluruh masyarakat bisa meningkatkan disiplin untuk taat kepada protokol kesehatan, maka zona hijau akan tetap bertahan. Tetapi manakala upaya untuk meningkatkan disiplin mengalami pengendoran, bisa jadi zona hijau menjadi zona kuning,” ujarnya.

Doni menambahkan, jika nantinya sekolah dibuka, sangat mungkin dilakukan pengambilan sampel untuk uji rapid test secara berkala, termasuk melakukan tes PCR bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Namun, pemeriksaan tersebut hanya untuk wilayah atau tempat tertentu.

Jika angkanya tinggi, hal ini mengartikan bahwa wilayah tersebut tidak atau belum memenuhinya semua peralatan yang diharapkan baik oleh WHO maupun dari Kementerian Kesehatan.

“Bisa saja warna ini mengalami perubahan setiap saat tergantung dari perkembangan dan dinamika yang terjadi, sehingga yang tadinya risikonya rendah atau warna kuning bisa tidak ada dampak. Tidak ada kasus positif, tidak ada angka kematian, kemudian kesiapan pelayanan kesehatan semakin meningkat sehingga bisa kembali ke zona hijau,” ucap Doni.

Untuk itulah, semua komponen baik pusat maupun daerah perlu adanya kehati-hatian serta memperhitungkan secara matang dan seksama. Sehingga, bisa mengantisipasi segala risiko yang akan timbul.

Terkait kekhawatiran masyarakat bahwa saat sekolah dibuka ternyata ada perubahan zona, Doni memberikan penjelasan bahwa kunci dari persoalan tersebut adalah protokol kesehatan.

“Selama seluruh masyarakat bisa disiplin untuk taat protokol kesehatan, maka zona hijau akan bertahan, tapi manakala upaya disiplin kendor, bisa jadi zona hijau jadi kuning. Potensi untuk kembali ke zona kuning dari hijau, bukan hal mudah. Kerja keras, kerja sama sangat penting,” lanjutnya.

Doni menegaskan pihaknya akan terus memperbaharui dan memberikan informasi terkait data penanganan corona terkini di tiap daerah. Sehingga, baik orang tua murid dan pihak sekolah dapat memutuskan aturan yang sesuai untuk mencegah adanya kasus penularan terhadap peserta didik. “Kita tidak ingin ada anak-anak kita yang mengalami risiko terpapar karena kurang kehati-hatian dari kita semuanya. Oleh karenanya sekali lagi komitmen kita adalah membuka pendidikan, memulai kegiatan tatap muka di tempat yang paling aman yaitu daerah yang tidak ada dampaknya,” tutur jenderal tiga ini.  (mp/aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini