JAKARTA (SigiJateng) — Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan pemerintah akan bahaya memaksakan tatanan kehidupan normal baru atau di saat wabah COVID-19 masih merajalela. Utamanya jika new normal ini diterapkan di kehidupan di Pondok Pesantren yang jumlahnya puluhan ribu.
Menurut politikus yang beken disapa dengan panggilan Gus Yaqut, di Indonesia ada sekitar 28 ribu pesantren dengan jumlah santri sekitar 18 juta orang.
Dengan kata lain, lingkungan pendidikan keagamaan ini menjadi kelompok yang rentan terpapar Covid-19 jika new normal diberlakukan.
“Pesantren sangat rentan jika diberlakukan new normal, sangat rentan untuk menjadi episentrum baru,” ucap Gus Yaqut dalam diskusi secara virtual bertajuk Bincang Seru Menuju New Normal bersama Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas, Rabu (27/5).
- 5.108 Petasan Hasil Operasi Pekat Polres Kendal di Disposal, Lokasi Pemusnahan Dijaga Ketat Tim Gegana
- Soal Kelangkaan Gas Melon LPG 3 Kg di Kendal, Ternyata Ini Biang Keroknya
- Layanan Kesehatan di Batang Melonjak Paska Lebaran 2024, Mayoritas Pasien Alami Penyakit Ini
- Lagi, Gunung Ruang Meletus, Masyarakat Sekitar Dievakuasi hingga Luar Radius 6 Km
- Momen Libur Lebaran 2024 Dongkrak Ekonomi Daerah, 16,8 Juta Pemudik Masuk Jawa Tengah
Pondok pesantren menjadi sangat rentan karena kondisi di lingkungannya yang mayoritas tidak besar.
Banyak pesantren itu bangunannya sederhana.
“Saya tidak bicara pesantren besar, modern, banyak pesantren kecil-kecil. Satu kamar itu bisa diisi sepuluh sampai dua puluh anak. Bayangkan (bagaimana) mereka bisa melakukan jaga jarak sebagai syarat memperlemah penyebaran Covid-19,” sebut Yaqut.
Kemudiam, tempat wudunya rata-rata masih berupa bak besar untuk digunakan bersama-sama, tidak menggunakan pancuran dengan air mengalir.
“Situasi seperti ini, jika pemerintah memberlakukan new normal tanpa menghitung keberadaan pesantren, maka sama saja pemerintah ingin membunuh pesantren. Bukan hanya menganaktirikan, tetapi juga menciptakan episentrum baru,” tandasnya. (jpnn/aris)