HSN di MAJT, Prof Noor Achmad; Santri Harus Jadi Penopang Ekonomi Umat

Upacara bendara dalam ranka HSN di MAJT Semarang, Kamis (22/10/2020). (Foto Aris Syaefudin.sigijateng)

SEMARANG (SigiJateng)- Ketua Pengelola Pelaksana MAJT Prof Dr KH Noor Achmad MA mengatakan, momentum Hari Santri Nasional (HSN) 2020 harus digaungkan dengan dengan cara yang elegan, tidak boleh melalui cara berdemo ke jalan. Apalagi saat ini sedang pandemic Covid-19, maka hindari kerumunan.

”Di pundak para santrilah yang bertugas mempertahankan ahlusunnah waljamaah. Di pundak kalianlah para santri harus siap menghadapi berbagai rong-rongan dan tantangan NKRI, di pundak kalianlah para santri menyejahterakan seluruh umat,” kata Noor Achmad upacara bendera memperingati Hari Santri Nasional di halaman MAJT Jalan Gajah Raya Semarang, Kamis (22/10/2020) pagi.

Dikatakan dia, saatnyalah para santri berkiprah di garda terdepan sebagai aktor-aktor ekonomi yang tangguh. Santri harus menjadi penopang ekonomi umat yang tangguh, bukan sekadar penonton di tengah posisinya sebagai kekuatan mayoritas di Tanah Air.

“Santri sehat negar kuat. Santri Harus Jadi Penopang Ekonomi Umat,” tegas Noor Achmad.

Dalam suasana pandemi Covid-19, Peringatan Hari Santri ke-6 tetap menggema di lingkungan Masjid Agung Jawa Tengah. MAJT menggelar dua acara dalam rangka HSN 2020, yakni upacara bendera dan istighotsah kebangsaan.

Acara dikuti oleh pegawai MAJT dan santri dari beberapa pesentren sekitar MAJT. Hadir pada upacara HSN tersebut, KH Ahmad, mantan wagub dan mantan ketua PWNU, H Slamet Prayitno, mantan Kepala Kesbangpol Jateng, serta sejumlah kiai sesepuh. Setelah upacara dilanjut istighotsah kebangsaan di aula MAJT dipimpin Ketua Bidang Takmir MAJT KH Hadlor Ikhsan.

Noor Achmad mengakui, mengingat situasi pandemi Covid-19, penyelenggaraan peringatan HSN di MAJT hanya melibatkan internal para sesepuh, pengurus dan karyawan. Namun secara moral, gaung hari santri harus menggema sebagai era kebangkitan santri. Baik upacara dan istighotsah menerapkan protokol kesehatan. Selain mengenakan masker, mereka menjaga jarak masing-masing 1,5 meter.

“Kami tidak mengundang pejabat, para pengasuh pondok pesantren juga tokoh masyarakat, karena pembatasan berkerumun dari penerapan Protokoler Kesehatan Covid-19,” tegas Prof Noor Ahmad.

Pada upacara HSN tersebut juga menggema seruan resolusi jihad yang dibacakan Drs H Istajib AS yang telah ditetapkan pada 22 Oktober 1945. HSN yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015, di Masjid Istiqlal Jakarta, merujuk peristiwa bersejarah, keluarnya seruan dari Pahlawan Nasional, KH Hasyim Asy’ari berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. (aris)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini