Hikmah Jumat: Enam Pesan Sosial Ibadah Haji

SIGIJATENG – Umat Islam akan memasuki masa menuju puncak ibadah haji 1441 H/2020 M. Walaupun Pemerintah Arab Saudi hanya menerima jamaah haji 10.000 yang berasal dari mukimin, tapi semangat untuk menghayati makna haji harus tetap ada di jiwa kita sebagai seorang muslim.  

Dari rencana 2,3 juta umat Islam yang haji, termasuk 231 ribu muslim Indonesia, karena pandemi covid-19 harus dibatasi. Ini adalah sebuah keputusan yang sangat tepat dalam konteks menjaga keselamatan jiwa jamaah sedunia.

Kewajiban menjalankan ibadah haji sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an teruntuk mereka yang mampu. Artinya tidak semua orang memiliki kewajiban (jika memang belum mampu). Termasuk syarat mampu adalah aspek keamanan dan keselamatan dalam perjalanan.

Rasulullah SAW juga menegaskan tentang kewajiban melaksanakan ibadah haji. Dalam sebuah pidato, Rasulullah menyampaikan: “Wahai sekalian manusia, sungguh Allah telah mewajibkan bagi kalian haji, maka berhajilah kalian!”

M Rikza Chamami, Dosen UIN Walisongo Semarang.

Seorang shahabat bertanya: “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliau terdiam, hingga orang tersebut mengulangi ucapannya tiga kali. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Kalau aku katakan ya, niscaya akan wajib bagi kalian dan kalian tidak akan sanggup.”

Melaksanakan haji memang bukan perkara mudah. Bagi umat Islam Indonesia, ketika hendak berhaji harus butuh biaya yang besar. Termasuk daftar tunggu haji yang sangat lama ikut mengiringi problem haji. Maka peluang untuk berupaya agar bisa menunaikan haji perlu diusahakan secara baik.

Termasuk jika sudah mendapatkan pelung haji, tentu saja harus menyempurnakan ibadahnya. Allah SWT berfiman: “Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah” (QS Al Baqarah: 196). Lalu apa saja yang bisa dipahami mengenai pesan sosial ibadah haji?

Pertama, menjaga fisik agar tetap sehat. Ibadah haji mayoritas berupa ibadah fisik, dari mulai tawaf, sa’i, wukuf Arafah, mabit dan jamarat. Maka menjaga kesehatan fisik itu sangat penting. Kedua, menjaga mental agar normal dalam berperilaku. Setiap orang yang hendak beribadah sangat butuh kesehatan mental agar jiwa bisa hadir kehadirat Allah.

Ketiga, menguatkan ekonomi untuk modal ibadah. Haji sebagai ibadah yang butuh biaya mendorong orang untuk menjadi kaya. Agar bisa jadi kaya, maka butuh usaha dalam menopang ekonomi.

Keempat, menyatukan hati sama rendah antar manusia di depan Allah. Manusia tidak boleh sombong di hadapan Allah

Kelima, pentingnya ukhuwah Islamiah. Haji menguatkan persaudaraan sesama umat Islam. Yang tentunya dengan persaudaraan ini akan menjadikan perdamaian dan persatuan.

Dan keenam, membuang egoisme dengan menerima kenyataan perbedaan cara pandang beribadah dan beragama. Ketika jamaah haji sedunia kumpul di Makkah, maka tata cara ibadahnya, cara berdzikir dan cara berpakaian nampak beda-beda. Ini adalah cara Allah mendidik umat Islam diajak berpikir moderat.

Bahwa menyeragamkan pikiran umat sedunia itu tidak mudah. Maka beragama itu bisa berlatih dari kenyataan ibadah haji. Dengan itu, orang akan melihat tentang fakta perbedaan yang butuh dialog-dialog agar umat manusia saling mengenal.

Ibadah haji memperkuat perluasan cara pandang. Dimana umat Islam sedunia menyembah satu Dzat, yakni Allah.*)

M. Rikza Chamami, Dosen UIN Walisongo

Baca Berita Lainnya:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini