Gambarkan Kehidupan Saat Covid-19, Histeria Semarang Pamerkan Karya Seni Mural di 8 Kampung

Proses pembuatan mural raksasa di rumah susun kampung Bandarharjo Semarang Utara. (Mushonifin/Sigi Jateng)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Komunitas seni, budaya, dan sejarah yang tergabung dalam kelompok Histeria Semarang menggelar pembuatan mural raksasa di dinding rumah Susun yang ada di kampung Bandar Harjo Semarang Utara.

Pembuatan mural untuk festival Penta Klabs III Simposium 2020 ini menghabiskan waktu mulai hari Senin (16/11/2020) hingga hari ini, Rabu (18/11/2020) dengan menghabiskan cat sebanyak 50 kilogram.

Adin Histeria, Co. Curator Penta K Labs III Simposium 2020 mengatakan acara ini ada dua kegiatan yaitu yang pertama adalah pameran dan kedua simposium.

“Pamerannya biasanya kan di kampung-kampung mas. Kalau tahun pertama, tahun 2016 itu di kampung Kemijen dengan tema ketahanan kampung, rahun ke dua tahun 2018 di Nongkosawit temanya tentang Ekosistem air,” ujarnya.

“Sedangkan tahun ini, 2020, kami memgambil tema “Udan Salah Mongso” untuk menyoroti perubahan landscape dan perubahan konstelasi perilaku kehidupan masyarakat di masa pandemi covid-19 ini, dan hasil karyanya kami pamerkan secara virtual,” ungkap Adin.

Pameran virtual itu sendiri akan ditayangkan melalui web resmi milik Galeri Nasional yang mendukung penuh kegiatan Histeria ini.

“Jadi ini adalah pameran dua tahunan atau bienale yang dihelat oleh Histeria Semarang dan pada penyelenggaraan yang ke tiga ini kami mendapatkan suport dari Galery Nasional,” tambah Adin.

Adin mengatakan ada delapan kampung di Kota Semaramg yang akan menjadi bagian dari Hisyeria yang hasil karyanya akan dipamerkan secara online. Delapan kampung itu ada Petemesan, Bulustalan, Randusari Nongkosawit, Jatiwayang, Bandarharjo, Kemijen, Krapyak, dan Sendangguwo.

“Nah di antara delapan kampung ini ada empat yang kami buat program baru, sisanya adalah program lama yang akan kami digitalisasikan baik foto, video, maupun kamera 360 derajat,” ungkapnya.

“Nanti akan ada documentary tour, opening dan pameran dokumentasinya nanti tanggal 1 Desember di Grobak Ary Cost di Jalan Setonen No. 29 Kelud Kota Semarang,” beber Adin.

Kegiatan ini bekerjasama dengan Galery Nasional, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Planologi Unissula, dan PT. Cat Utama sebagai donatur cat.

Terkait dengan tema “Udan Salah Mongso” yang diangkat, Adin menjelaskan bahwa fenomena pandemi covid-19 ini sangat mempengaruhi perilaku masyarakat sehingga ada keseimbangan kehidupan yang terganggu.

“Kami menyoroti ini karena ada kejadian luar biasa yang tak terduga yaitu covid-19 itu sendiri karena ada migrasi virus dari hewan ke manusia. Di sini kita melihat ada keseimbangan yang terganggu,” jelasnya

Tema ini dipilih, lanjut Adin, untuk merespons situasi kekinian terkait dengan perubahan iklim yang mempunyai dampak luar biasa terhadap ekosistem kehidupan tidak terkecuali kondisi pandemi saat ini. Terma “Udan Salah Mongso” diambil dari frasa orang-orang pedesaan di Jawa yang biasanya diutarakan ketika menyikapi perubahan musim tanam dan panen akibat musim yang tidak menentu.

Musim di Jawa dikenal terbagi menjadi dua, rendheng (musim hujan) dan ketigo (musim kemarau). Biasanya musim hujan bulan Oktober – April, dan musim kemarau pada bulan April – Oktober. Namun patokan ini tidak berlaku lagi sekarang.

Sesungguhnya fenomena ini tidak sepenuhnya terjadi dalam satu kondisi geografis tertentu saja tetapi bagian dari perubahan lanskap global dalam konteks lingkungan.

“Seperti kita ketahui bersama, pemanasan global dan perubahan iklim adalah satu fenomena yang benar-benar terjadi. Secara kasat mata saja bisa kita saksikan perubahan besar-besaran lingkungan karena kasus pembalakan hutan untuk pertanian maupun perkebunan monokultur”.

“Eskploitasi sumber daya alam, minyak dan tambang juga satu fenomena tidak terelakkan oleh manusia yang mempengaruhi struktur geografis bumi,” tekan Adin. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini