STIT Madina Gelar Kuliah Umum Hadirkan Dosen UIN Walisongo

Sejumlah mahasiswa STIT Madina Sragen. (foto santo/ sigijateng.id)

SIGIJATENG.ID, Sragen- Saat ini, kita semua tidak bisa melepaskan diri dari local wisdom atau kearifan lokal. Karena kearifan lokal itulah yang mempengaruhi hidup kita. Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Oleh karena itu, kearifal lokal merupakan nilai yang dianggap baik dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan sebagai akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Hal ini disampaikan Wakil Direktur (Wadir) Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Muhyar Fanani, saat mengisi Studium Generale atau kuliah umum, di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Madina Sragen, di aula kampus setempat pada Sabtu (2/11/2019). Kuliah umum itu mengambil tema “Moderasi Islam Berbasis Kearifan Lokal dalam Menghadapi Perkembangan Pendidikan Model Digitalisasi dan Pemikiran Global”.

“Kearifan lokal dalam masyarakat sering berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus,” kata Doktor Filsafat Hukum Islam tersebut. Maka, moderasi Islam berbasis pada kearifan lokal adalah pemahaman Islam dan cara berislam yang selaras dengan adat dan norma masyarakat lokal. Hal demikian ini hanya mungkin jika yang diambil adalah substansi agama Islam bukan kulit agama Islam.

Sementara digitalisasi pendidikan, adalah proses pendidikan yang memanfaatkan teknologi digital. “Hal ini ditandai dengan munculnya kolaborasi pendidikan dan dunia bisnis,” tandasnya. Teknologi digital adalah teknologi khas dari revolusi industri 4.0 yang penanda utamanya adalah ekonomi digital, kecerdasan buatan, big data, dan Internet of Things (IOT). Saat ini pendidikan Islam juga banyak memanfaatkan kemajuan teknologi,”katanya.

Revolusi industri generasi pertama berawal saat mesin uap diciptakan James Watt. Generasi kedua dimulai saat Thomas Alva Edison menciptakan lampu dan penggunaan listrik. Generasi ketiga ditandai munculnya komputer serta generasi keempat yang muncul seiring adanya internet dan penggunaan teknologi wireless. Muhyar menyebut ada sembilan hal yang harus dibangun dalam dunia pendidikan. Diantaranya Keimanan, Kesalehan, Higher Order Thingking Skill (HOTS),  Student Centered Learning Process, Collaborative Work Multimedia, Information Exchange Critical Thinking dan Information Decision Making Skill. “Nilai-nilai keluhuran seperti moderasi Islam berbasis kearifan lokal jika ingin tetap melekat pada peserta didik era digital harus dikemas dalam 9 hal diatas,” tegasnya.

Ketua STIT Madina Sukamdi mengatakan, antusiasme para mahasiswa sangat luar biasa. Stadium generale yang dilakukan setiap awal tahun perkuliahan merupakan tradisi yang ada di kampus STIT Madina.  (santo)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini