Setiap Mau Pilkada Selalu Muncul Isu Semrawut

Suasana Dialog dalam acara Khazanah Ulama-Umaro di studio TVRI Jawa Tengah, Jumat (27/12/2019).

SIGIJATENG.ID, Semarang -Dua hal, yakni Kerukunan dan kondusifitas masih menjadi tantangan masyarakat Jateng pada tahun 2020 mendatang.

Hal itu diungkapkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat menjadi narasumber dalam acara Khazanah Ulama-Umaro di studio TVRI Jawa Tengah, Jumat (27/12/2019).

Dialog interaktif sebagai program MUI Jawa Tengah bekerja sama dengan TVRI Jawa Tengah juga menampilkan narasumber Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji Msi, Ketua Pengelola Pelaksana Masjid Agung Jawa Tengah, Prof Dr KH Noor Achmad MA, dari Polda Jateng Drs Muhammad Thoha.

“Itu karena tahun depan ada Pilkada Serentak di 21 daerah di Jawa Tengah serta belum stabilnya ekonomi dunia,” tegas Ganjar.

Dikatakan Ganjar, tantangan itu harus dijawab dengan menjaga kerukunan antarelemen masyarakat yang sejauh ini sudah dengan baik dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah.

“Paling substantif hari ini kita butuh kerukunan karena pada 2020 ada Pilkada Serentak di 21 daerah. Isu itu (kerukunan dan intoleransi) biasanya keluar di Pilkada. Saya juga heran, pokoknya kalau mau ada kontestasi dan mau pilihan itu isu semrawut muncul lagi. Bahkan kemudian fitnahnya itu kembali,” kata Ganjar terkait tantangan Jawa Tengah di tahun 2020.

Ganjar menjelaskan obrolan mengenai hal substantif dengan menghadirkan Ulama-Umaro menjadi sangat penting untuk dilihat dan didengar. Apalagi demokrasi kita sudah berlangsung lama sehingga ia berharap isu yang dikembangkan lebih bersifat program bukan terkait individu.

“Kita musti jaga dengan karakteristiknya. Tadi sudah dikatakan kalau watak asli kita adalah rukun,” ungkapnya.

Antisipasi mengenai isu intoleransi selama tahun 2020 juga sudah dilakukan sejak dini. Pemetaan terkait isu sudah dilakukan oleh pemerintah bersama kepolisian. Ganjar juga meminta bantuan kepada tokoh agama dan masyarakat untuk terlibat dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat.

“Sudahlah, yang dipilih nanti itu ya satu, setelah itu bersaudara lagi. Contohnya sudah ada, sudah dibuat oleh Presiden. Begitu Pak Jokowi dipercaya masyarakat, Pak Prabowo mau menjadi menteri.Maka bersatulah. Ketika sudah bersatu, orang yang tidak suka akan memisahkan diri sendiri,” ujarnya.

Tantangan untuk menjaga kondusifitas juga akan menjadi pondasi untuk menghadapi tantangan global, yakni ekonomi. Menurut Ganjar, ekonomi dunia saat ini masih belum stabil sehingga menjaga harmoni dan kerukunan penting sebagai pondasi.

“Ingat lho, ekonomi dunia belum baik. Ini juga tantangan kita di tahun 2020. Kalau kita tidak survive, tidak memperbaiki diri, tidak melakukan inovasi dan kreasi maka kita akan tertinggal. Jika kita bisa menjaga harmoni dengan baik, kondusifitas terjaga, maka lompatan sosial, ekonomi, dan budaya serta dilandasi ideologi yang kuat akan terjadi di Jawa Tengah,” jelasnya.

Sementara,  KH Darodji menambahkan, masyarakat Jateng patut bersyukur dengan terciptanya suasana kebersamaan rukun-guyub antarumat beragama. Banser menjaga gereja boleh saja, sebab tidak ada larangan. Tidak mencampuradukkan ibadah. Relasi sosial itu bukan ibadah ritual. “Maka dalilnya, Islam yang rahmatan lil alamin bukan Islam rahmatan lil mukminin,” tegasnya.

Ketua PP MAJT Prof Dr KH Noor Achmad MA mengatakan, meredupnya isu radikal akhir-akhir ini termasuk di Jawa Tengah hal itu sebagai bentuk kembalinya watak asli bangsa Indonesia. Ditandai masyarakat senantiasa mengedepankan muamalah menuju guyub-rukun. Suasana tersebut tidak hanya terjadi di Jateng saja, tapi terjadi pula di Ambon dan Papua, yang juga interaksi bermuamalahnya tinggi.

Bahkan, potret guyub-rukun masyarakat Jawa Tengah itu yang senantiasa dikembangkan di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Desainnya mengupayakan kembalinya marwah jatidiri masyarakat Indonesia yang sebenarnya lewat penyatuan kekuatan ulama-umaro dan komponen masyarakat. “Itulah jatidiri kita yang sebenarnya,” tegasnya.

Tentang isu radikalisme-terorisme yang kini cenderung redup, Prof Noor menegaskan, memang kini isu tersebut tidak lagi terklasifikasi isu berat tetapi harus tetap diwaspadai. Artinya kita tidak boleh lengah. Nasum dari Polda Jawa Tengah Drs Muhammad Thoha menegaskan, hingga akhir tahun 2019, kondisi kamtibmas di Jateng terasa kondusif.

Meski begitu, memasuki pergantian tahun, Polda Jateng sudah menyiapkan pasukan pengamanan dengan mengedepankan langkah persuasif kepada masyarakat. “Target kita tidak untuk menangkapi siapa saja yang bertindak kriminal namun lebih kepada upaya pencegahan lewat sosialisasi dan pembinaan. Kita datangi para tokoh masyarakat dan tokoh agama agar ikut memberi kontribusi dalam pengamanan menjelang pergantian tahun. Peran ulama dan tokoh agama sungguh besar dalam menciptakan kondisi aman ini,” jelasnya.  (Aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini