Sebagai Partai Kader, PPP Jateng Optimis Raih 13 Kursi di Pileg 2019

H Masruhan Samsurie, Ketua DPW PPP Jateng.

SIGIJATENG.ID, Semarang – Jelang pelaksanaan Pemilu 2019 yang tinggal 6 hari, PPP Jawa Tengah optimistis suaranya akan meningkat pada Pileg tahun ini. Pasalnya, geliat dan pergerakan para kader, baik yang duduk sebagai calon legislative (caleg) maupun yang tidak jadi caleg sangat luar biasa dan terus bersemangat.

“Insya Allah, kami optimis pada Pemilu 2019 ini. Semua kader, baik yang jadi calag atau tidak, tetap bersemangat, terus bergerak mencari dukungan. Situasi di kepengurusan DWP PPP  Jawa Tengah juga kondusif,” kata Ketua DPW PPP Jawa Tengah H Masruhan Samsurie kepada Sigijateng,id, Kamis (11/4/2019).

Menurut Masruhan yang juga Ketua Komisi A DPRD Jateng ini, Partai Persatuan Pembangunan yang berlambang gambar Ka’bah adalah partai kader. Itu artinya, besar kecilnya partai, berkembang tidaknya partai, dipengaruhi oleh para kadernya, bukan  dipengaruhi oleh satu atau beberapa figure saja. Karenanya, kasus yang menimpa Ketua Umum PPP Romahurmuziy diyakini tidak banyak terpengaruh terhadap suara partai. Sebagai panutan dan sekaligus pengendali para kader PPP adalah pada diri para ulama’ dan para kiai. Dan para kiai dan ulama yang ada di PPP tetap solid.

“Kalau persoalan yang kita alami ini (yang menimpa Romahurmuziy.red) bukan persoalan berat, karena sebelumnya kita juga sudah pernah merasakan yang sama, yakni saat dialami Surya Darma Ali. Dan PPP juga tetap solid. Insya Allah, kader PPP tetap istiqomah. Bagi kami kader PPP, bisa disebut, dalam tanda petik, PPP adalah sebagai agama kedua. Jadi tidak ada adalasan, dengan kasus yang terjadi di PPP lantas membuat para kader pada keluar,” terang Caleg DPRD Jateng Dapil 13 (Kebupaten Batang, Pemalang, Pekalongan dan Kota Pekalongan) ini.

Dikatakan  oleh alumni IAIN Walisongo ini, dari serangkaian sejarah PPP mulai berdiri sampai sekarang , justru persoalan yang terberat yang pernah dirasakan PPP adalah ketika adanya keharusan dari pemerintah bahwa PPP harus menggunakan azaz tunggal yakni Pancasila. Ini terjadi pada zaman orde baru. PPP lahir sebagai partai Islam, namun oleh pemerintah orde baru saat itu, dipaksa untuk meninggalkan azaz Islam. Rasanya berat sekali. Banyak kader bergejolak. Kemudian pada zaman reformasi, PPP sudah diperbolehkan lagi menggunakan azaz Islam.

“Dipaksa menggunakan azaz tunggal itu, rasanya 100 kali lebih berat dibanding dengan adanya kejadian yang menimpa pada ketua umum. Pada saat itu saja (orde baru.red) PPP juga masih bisa bertahan,” terangnya.

Dengan kenyataan lapangan serta kondisi internal kepengurusan DWP PPP Jateng, Masruhan optimis suara PPP Jateng akan bertambah pada Pileg 2019. Jika pada Pemilu 2014 dengan jumlah kursi di DPRD Jateng sebanyak 100 kursi terbagi di 10 dapil, PPP dapat 8 kursi, maka pada  pemilu 2019 dengan 121 kursi  terbagi di 13 dapil, PPP Jateng optimis akan mendapat 13 kursi.   “Insya Allah kita dapat kursi minimal 13, semoga lebih. Memang ada satu dapil yang cukup berat, yakni dapil 5 ( Kabupaten Sragen, Karanganyar dan Wonogiri). Namun Insya Allah ada dapil lain yang optimis bisa dapat 2 kursi,” papar suami Zumroatus Sa’adah. (aris).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini