Ratu Kalinyamat Jepara Pemersatu Nusantara dan Penghubung Antar Kerajaan

Lestari Moerdijat

SIGIJATENG.ID, Semarang – Ketua Yayasan Dharma Bhakti Lestari, Lestari Moerdijat mengatakan Ratu Kalinyamat telah mampu membawa Jepara ke puncak kejayaan. Saat itu, Jepara menjadi pusat perdagangan ekspor impor. Implikasinya terlihat dari pembangunan pelabuhan utama dan pelabuhan pendukung di sekitar Jepara. Armada militer di laut yang kuat mampu menjaga jalur-jalur pelayaran utama di Nusantara seperti di Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Kalimantan, Selat Makasar dan Selat Maluku.

“Kekuatan armada lautnya cukup disegani oleh kerajaan-kerajaan sekitarnya yang menjadi sahabat Ratu Kalinyamat. Sehingga pada saat wilayah Malaka diduduki oleh Portugis, Ratu Kalinyamat tidak sungkan-sungkan membantu Sultan Johor dan Sultan Aceh dengan prinsip mempertahankan dan mengamankan jalur pelayaran untuk perdagangan Nusantara,” kata Lestari Moerdijat, Minggu (14/4/2019).

Menurut dia, catatan sejarah yang dipersiapkan Tim Naskah Akademik yang digawanginya memperlihatkan bahwa Ratu Kalinyamat adalah pemersatu Nusantara dan penghubung antar kerajaan, sehingga perlu dijaga keamanan dan dipertahankan keberlangsungannya.

“Sebagai penerus Pati Unus, Ratu Kalinyamat memperluas kapal Jong yang mampu mengangkut barang dan manusia dalam kapasitas besar,” tegasnya.

Atas dasar keyakinan bahwa Nusantara adalah suatu negara maritim, keberadaan jalur-jalur pelayaran utama di Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Kalimantan, Selat Makasar dan Selat Maluku yang telah dijaga dan dipertahankan oleh Ratu Kalinyamat, masih bertahan hingga sekarang. Apalagi lautan sebagai jantung kehidupan bagi seluruh wilayah Nusantara dan memiliki potensi ekonomi yang berkelanjutan yang tidak pernah habis-habisnya.

Jepara telah populer sebagai pusat budaya ukir Nusantara semasa Ratu Kalinyamat. Catatan sejarah memperlihatkan ukiran Jepara bermula dari Masjid Mantingan yang notabene berdiri di masa Ratu Kalinyamat memimpin Jepara. Sehingga sampai saat ini Masjid Mantingan dan ukiran-ukirannya menjadi rujukan akademis bidang budaya dan seni yang empiris.

“Apalagi, pengembangan ukiran Jepara ternyata menyentuh dalam berbagai cabang seni lainnya seperti seni tari, seni drama, seni lukis, dan seni batik khas Jepara. Sampai saat ini ekspor ukiran asal Jepara tetap menjadi primadona bagi penggemar dan pencinta seni,” terang politisi Partai NasDem ini.

Disisi lain, Moerdijat menambahakan seorang perempuan sebagai pemimpin dan kepala pemerintahan merupakan langkah besar yang dilakukan dalam kehidupan Islam dan Nusantara. Dalam sejarah, ada tokoh lain seorang perempuan selain Ratu Kalinyamat yang menjadi pemimpin. Seperti Ratu Syajaratuddur dalam Dinasti Mamalik (Mamluk) yang menjadi pemimpin perempuan di Mesir. Bahkan Al-Quran melegitimasi keabsahan pemimpin perempuan seperti Ratu Bilqis sebagai pemimpin yang adil, bijaksana, dan bertanggung jawab penuh di negeri Saba yang termasuk wilayah Yaman semasa zaman Nabi Sulaiman AS.

“Karenanya, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Ratu Kalinyamat sebagai pemimpin perempuan di Jepara bukan hanya semata-mata karena beliau adalah putri Raja Demak, Sultan Trenggana, dan cucu perempuan dari Pendiri Demak, Raden Patah. Penempatan Ratu Kalinyamat sebagai pemimpin Jepara lebih didasarkan karena kemampuan dan keahliannya dalam bidang perdagangan, militer, kelautan dan budaya (ukir),” pungkasnya. (aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini