Ngumpulke Balung Pisah Warga Nahdliyyin di Rumah Dinas Walikota Semarang Dihadiri Ribuan Orang

Plh Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Ketua Umum MUI KH Ahmad Darodji dan mantan gubernur Ali Mufiz berbaur dengan para Profesor dan Doktor saat acara Silaturahim Ngumpulke Balung Pisah NU se-Jateng di Rumah Dinas Wali Kota, Manyaran Semarang, Minggu (23/6/2019). 

SIGIJATENG.ID, Semarang- Ribuan warga Nahdliyyin yang berasal dari berbagai parpol, akademisi, profesi, pejabat, kiai, ulama, pengasuh pondok pesantren, ibu-ibu nyai dan santri mengikuti ‘’Silaturahim Ngumpulke Balung Pisah NU se-Jateng’’ di Rumah Dinas Wali Kota, Manyaran, Semarang, Minggu (23/6/2019).

Upacara diawali dengan acara tradisi yaitu membaca Kitab Al-Barzanji. Yang membaca bukan kiai atau santri, melainkan para Profesor dan Doktor dari berbagai perguruan tinggi di Semarang. Mereka antara lain Rektor UIN Walisongo Prof Dr H Muhibbin, Rektor Undip Prof Dr Yos Johan Utama, Rektor Unnes Prof Dr Fatchur Rahman, Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Prof Dr Ahmad Rofiq, Ketua MUI Kota Semarang Prof Dr Erfan Soebahar, Prof Dr Amin Syukur, Prof Dr Moeslich Sabir, Prof Dr H Noor Achmad MA, Dr Ardja Imroni, Dr Solekhan, dan Dr Fadlolan Musyaffa.

Mereka duduk lesehan di atas panggung berhadapan dengan audience. Plh Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, Wali Kota Hendrar Prihadi, mantan gubernur Jateng Ali Mufiz, Ketua Umum MUI KH Ahmad Darodji, Rais Syuriyah PCNU KH Hanief Ismail Lc, Wakil Bupati Blora Arief Rohman juga bergabung dengan para guru besar itu.

Sedang Wakil Wali Kota Hevearita Gunaryanti atau Mbak Ita berbaur dengan para ibu nyai duduk di kursi. Pimpinan NU yang tampak hadir antara lain Ketua KH Muzamil, Wakil Rais Syuriyah Dr H Moh Adnan, mantan Ketua PWNU Dr H Abu Hapsin dan lain-lain.

“Salah satu tujuannya supaya anak-anak muda melihat setinggi apapun, gelar dan jabatannya di masyarakat, orang NU tidak meninggalkan kebiasaan adat istiadat dan budaya membaca barzanji, dzibaiyah, manakiban, tahlilan, wiridan, nariyahan dan lain-lain,’’ kata Ketua Umum MUI Jateng KH Ahmad Darodji.

Pada saat prosesi ‘’Mahalul Qiyam’’, semua yang hadir berdiri membaca shalawat yang sangat syahdu. ‘’Ya Nabi salam alaika, Ya Rasul salam alaika, Ya Habib salam alaika, shalawatullah alaika’’ dipimpin Dr Ardja Imroni.

Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Lasem, Kabupaten Rembang KH Abdul Qoyyum (Gus Qoyyum) dalam tausiahnya menguraikan Teologi Balung Pisah. ‘’Balung atau tulang dalam Alquran disebut 15 kali.  Terdiri dua bagian, yaitu tulang pada awal manusia dibentuk dan tulang pada akhir manusia,’’ katanya.

Kata dia, proses pembuatan manusia diawali dengan tulang dulu, baru kemudian dibungkus daging. Gus Qoyyum mengajak umat kembali bekerja seperti biasa setelah berbeda dalam pilpres. ‘’Jangan sakiti orang lain, jangan hujat ulama, jangan hujat habaib, jaga wibawa pemerintah,’’ tegas keponakan KHMA Sahal Mahfudh itu.

Senada dengan Gus Qoyyum, Gus Yasin dalam sambutanya mengatakan, perhelatan pemilihan presiden (pilpres) pada April lalu, membuat umat dan banyak pihak terbelah karena perbedaan dukungan politik pasangan calon presiden. Namun, setelah gelaran pesta demokrasi selesai, Taj Yasin mengajak pihak-pihak yang terbelah, bersatu kembali.

Di Jateng sudah dimulai dengan kegiatan “Ngumpulke Balung Pisah Warga Nahdlatul Ulama.” Kegiatan itu menurut Gus Yasin menjadi langkah yang baik untuk memberi contoh daerah-daerah lain. Kegiatan silaturahmi, berkumpul, menyalurkan ide, memberikan warna di masyarakat, bahwa pilpres, pileg atau pemilihan-pemilihan yang lain, hanyalah sebuah kontestasi, yang tujuannya membangun Indonesia.

“Sebenarnya bukan hanya Jateng yang harus dikumpulkan tokoh dan ulamanya. Akan tetapi se-Nusantara harus kita kumpulkan,”tuturnya.

Dia menghargai upaya kiai-kiai NU Jateng yang memulainya, karena sejarah berdirinya NU pada 1926 juga hanya beberapa daerah yang memulai. Itu pun masih pakai Bahasa Arab. Belum memakai Bahasa Indonesia resmi untuk pergerakan organisasi NU. Pada 1930 dilakukan Muktamar di Pekalongan. Waktu itu dideklarasikan, organisasi NU jadi organisasi Indonesia, organisasi nasional yang memakai Bahasa Indonesia.

“Maka tidak salah kalau Jateng jadi center (pusat), jadi bandul NKRI,”  katanya.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, Indonesia saat ini sedang diuji dengan kekuatan geopolitik di tingkat dunia. Jika dicermati, persoalan pilpres Indonesia pada April lalu, bukan antar para calon yang bertarung. Tetapi ada kelompok di belakangnya yang luar biasa ingin mencoba menggagalkan hasil-hasil pemilu.

“Di sinilah letak peran besar NU. Keluarga besar NU benar-benar memberikan sebuah kekuatan keyakinan bahwa pilpres, pileg kemarin berjalan dengan baik,” tegas Wali Kota. (aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini