Musim Kemarau, Punya Hajat Mantu Harus Beli Air Hingga Rp 2 Juta

Warga di Sragen utara yang hajatan harus beli air mencapai jutaan. (foto santo / sigijateng.id)

SIGIJATENG.ID, Sragen – Krisis air bersih semakin memprihatinkan di wilayah Sragen utara. Bahkan warga yang punya hajatan harus mengeluarkan biaya untuk membeli air hingga Rp 2 juta.

Sarmin yang menikahkan anaknya ini mengungkapkan, untuk kebutuhan air hajatan pihaknya terpaksa membeli air dan menyewa tandon. Untuk air selama tiga hari sebesar Rp 1,5 juta dan biaya sewa tampungan air Rp 500 ribu. Kebutuhan air itupun harus benar-benar hemat, agar tidak membengkak dalam hajatan selama tiga hari.

“Karena untuk ambil sumur sudah mengering, sehingga untuk total biaya
kebutuhan air Rp 2 juta,” tutur Sarmin, Selasa (24/7/2019).
Menurut Sarmin,serupa di katakan Suprapto, untuk kebutuhan air keluarganya membeli tangki seharga Rp 400 ribu. Air yang disimpan dalam tandon itu, untuk kebutuhan minum, mandi maupun cuci hanya cukup 2 minggu.

“Kami sendiri sudah membeli air dalam satu bulan ini, melalui jasa penjual tangki air. Karena sumur memang sudah tak mampu diambil airnya,” ucap Suprapto.

Sedangkan bagi warga yang tak mampu membeli air, mereka memilih menunggu air dari sumur mereka. Meski ditunggu sampai satu hari, hanya mampu mendapatkan satu ember kecil. Sehingga untuk warga hanya mandi satu kali sehari, karena air benar-benar langka. Begitu juga sumber air dari pamsimas juga sudak mengalir lagi.

“Melihat kondisi itu terjadi setiap tahun saat musim kemarau, kami berharap kebutuhan air bisa terpenuhi dengan mudah. Sehingga tak ada lagi orang antri jerigen untuk dapatkan air,” harap Wahono, warga Katelan, Tangen. Sekretaris Daerah (sekda) Sragen Tatag Prabwanto menyampaikan Pemkab Sragen sendiri pada tahun ini telah menganggarkan Rp 600 juta untuk bantuan air bersih.

“Plot anggaran sekitar Rp 600 juta dari Pemkab Sragen memang hanya sebatas antisipasi atas kejadian-kejadian insidental terkait kekurangan air bersih,” tutur Tatag. Berdasar data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Sragen menyebutkan ada 146 Dukuh 36 Desa di Kabupaten Sragen tahun ini yang masuk krisis air bersih. Bahkan Kabupaten Sragen masuk 75 daerah di Indonesia yang terdampak kekeringan musim kemarau.Kepala Pelaksana Harian BPBD Sragen Sugeng Priyono menyebutkan, jumlah desa tersebut masih dapat bertambah seiring pemetaan dan permohonan droping air pada tahun lalu.

Bahkan Kabupaten Sragen masuk 75 daerah di Indonesia yang terdampak kekeringan musim kemarau.Kepala Pelaksana Harian BPBD Sragen Sugeng Priyono menyebutkan, jumlah desa tersebut masih dapat bertambah seiring pemetaan dan permohonan droping air pada tahun lalu.

“Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Sragen memprediksi wilayah yang mengalami kekeringan pada tahun ini akan bertambah dari tahun sebelumnya,” tutur Sugeng.

Bencana kekeringan melanda 146 dukuh, 36 desa ini terjadi di tujuh Kecamatan di utara Bengawan Solo, seperti Sumberlawang, Jenar, Miri, Mondokan,Tangen, Gesi dan Sukodono. (santo)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini