Masjid Taqwa Sekayu, Diyakini Sebagai Masjid Tertua di Semarang

Empat kayu penyangga Masjid Taqwa Sekayu yang dari dulu hingga sekarang masih berdiri kokoh.

SIGIJATENG.ID, Semarang – Selain Masjid Kauman yang menjadi ikon Kota Semarang, Ternyata di Semarang juga terdapat masjid yang memiliki sejarah panjang. Bahkan, sejarah masjid tersebut masih ada hubungannya dengan Masjid Agung Demak.

Ketua Takmir Masjid Taqwa Sekayu, Ahmad Arief

Masjid Taqwa Sekayu yang terletak di Kelurahan Sekayu, Kota Semarang inilah yang ternyata memiliki sejarah panjang tersebut. Bahkan, konon masjid yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan Mall Paragon tersebut disebut-sebut sebagai masjid tertua di Semarang.

Ketua Takmir Masjid Taqwa Sekayu, Ahmad Arief, menerangkan, berdasar catatan sejarah yang ia peroleh, masjid itu dibangun pada tahun 1413 M, dibangun oleh Kiai Kamal yang merupakan murid Sunan Gunung Jati. Saat itu, Kiai Kamal diperintahkan Walisanga mencari kayu jati yang akan digunakan untuk pembangunan Masjid Agung Demak.

Kayu-kayu jati itu pun dikumpulkan di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Sekayu. Kayu-kayu itu lantas dikirim melalui kapal-kapal dari Sungai Semarang yang terletak di pinggir Kampung Sekayu.

“Dahulu, guna mempercepat pembangunan Masjid Demak, Kota Semarang lah yang paling strategis karena Kota berada di tengah dua bandar pelabuhan, Tanjung Priok dan Tanjung Perak. Lha Kampung Sekayu disini sebagai pusat penampungan kayu jati dari beberapa daerah. Seperti Ambarawa, Ungaran, Purwodadi,” ujarnya, Selasa (16/5/2019).

Arief menambahkan, sebelum bernama Masjdi Taqwa Sekayu, nama masjid tersebut adalah ‘Masjid Pekayuan’. Dimana dalam pembuatannya, menggunakan bahan-bahan yang masih sederhana. Yakni tiang dari bambu, atap dari rumput yanh dikeringkan dan dianyam atau disebut rumbia, beralas tanah yang digelar tikar dari daun pandan yang dikeringkan (kloso mendong).

“Dulu Kali Semarang itu besar dan bisa digunakan untuk lalu lintas perkapalan. Sambil mengumpulkan kayu, Kiai Kamal juga mendirikan masjid. Nah, masjid inilah yang didirikan. Dulu namanya Masjid Pekayuan,” imbuhnya.

Di dalam Masjid sendiri, terdapat empat kayu penyangga yang hingga saat ini tidak berubah letaknya. Kayu setinggi hampir delapan meter dan berbentuk bujursangkar tersebut masih utuh terbungkus papan kayu jati berdiameter kurang lebih 60 cm masih berdiri kokoh.

“Empat kayu saka itu terdapat di dalam masjid dan berada di ruang salat kaum lelaki. Dari dulu hingga sekarang bentuk dan letaknya dipertahankan. Sementara mustaka yang konon juga peninggalan para wali juga masih ada di puncak masjid,” tukasnya.(Dian)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini