Koruki Sebut Ada Penumpang Bertopeng di Aksi 22 Mei

Komunitas di Demak Koruki menginginkan Indonesia yang aman dan damai serta menolak aksi rusuh.

SIGIJATENG.ID, Demak – Penolakan terhadap aksi rusuh pada 22 Mei lalu terus terjadi di tanah air. Salah satunya dilakukan oleh Komunitas Rumah Kita (Koruki) Demak. Komunitas ini mengecam keras  aksi people power atau kedaulatan rakyat pada 21 – 22 Mei yang berujung rusuh.  Mereka sangat menyangkan, demo di depan Kantor Bawaslu untuk menyampaikan aspirasinya itu, justru berlangsung anarkis. 

“Kami menyayangkan adanya korban jiwa dalam kegiatan people power yang harusnya sebagai wahana untuk menyampaikan aspirasi,” kata Kusfitria Marstyasih Ketua Koruki Demak, Minggu (26/5).

Menurutnya , aksi yang berakhir ricuh itu pemicunya adalah ketidakpercayaan sekelompok individu (masyarakat) terhadap institusi negara. Memahami perilaku kelompok tentu memerlukan berbagai cara. Komunikasi persuasif saja kadang tidak mempan jika sudah terbentur pada fanatisme. 

“Di Indonesia yang notabene masih ‘prematur politik’ masih kita temukan sekelompok individu yang tahu sedikit tentang politik dan ilmu pemerintahan tetapi merasa sudah paling memahami,” ujarnya.

Kusfitria menambahkan, beberapa gelintir tokoh yang mengetahui efek ‘pergerakan Mei 1998’ mencoba mengulang kembali dengan skenario yang serupa. Jika 1998 dengan isu rasis 2019 dengan agama. Tetapi tokoh di balik topeng lupa bahwa kali ini ‘public enemy’ juga memiliki pengikut yang sama kekuatannya.

“Gorengan isu agama menjadi absurd ketika pelaku aksi demo dan para penghembus isu selama ini ternyata jauh dari profil individu yang agamis,” ungkapnya.

Bisa jadi , sambung Kusfitria, aksi tersebut sebenarnya sengaja ingin mengadu domba. Bukan siapa pengikut siapa yang protes dan melancarkan aksi people power tetapi ada penumpang gelap yang ingin bertepuk tangan terhadap chaos di Indonesia. 

“Dia atau mereka penumpang bertopeng adalah psikopat yang senang melihat tontonan kekerasan dan pergulatan wacana adu domba. Yang paling disayangkan adalah,  mayoritas masyarakat Indonesia merasa paling paham tentang gejolak politik di Indonesia,” katanya.

“Jadi, dengan latar belakang Ipoleksosbud hankam yang belum tentu mumpuni,  kita semua merasa berhak menjadi pengamat, menjadi penyinyir dan penghujat serta pada akhirnya menjadi pion pelaku anarkis yang tak kenal siapa sebenarnya  panglima yang membuat strategi chaos ini,” imbuhnya.

Terkait pengamanan aksi people power itu, Koruki Demak sangat  mengapresiasi kinerja TNI dan Polri yang dengan sepenuh jiwa raga bertugas mengamankan aksi itu. Mereka para aparat hanyalah manusia biasa,  dengan latar belakang hidup yang rata rata sama dengan masyarakat lain pada umumnya. Menghadapi chaos tentu saja tak semuanya bisa berpikir jernih. Meski terikat pada komando,  tapi mereka juga manusia biasa,  pasti ada satu dua yang lepas kendali.

“Emosi yang tak stabil karena bagaimanapun yang dihadapi adalah bangsa sendiri,  intinya jika sifat manusiawinya muncul siapapun akan gemas terhadap perilaku para demonstran yang terkesan mengejek apapun bagian institusi legal di Indonesia. Kami sangat mengapresiasi kinerja TNI dan Polri,” pungkasnya. (rara) 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini