Kopi Liberika Kendal Butuh Branding Masuk Di Pasar International

 Bangkitkan gairah pelaku usaha kopi, puluhan pegiat, petani, komunitas kopi, dan gelar bincang kopi liberika, Minggu (10/11). 

SIGIJATENG.ID, KENDAL – Kopi Liberika yang berada di wilayah Kabupaten Kendal memiliki banyak varian. Tak hanya itu, kopi jenis itu juga dikenal akan rendahnya caffein atau low caffein. Sehingga sangat baik bagi kesehatan. 

Tak sedikit, masyarakat sekarang khususnya penggemar kopi banyak yang mencari kopi jenis liberika tersebut. Imbasnya, harga kopi liberika baik di pasar lokal maupun nasional menjadi tinggi. 

Salah satu pelaku bisnis usaha kopi Indonesia, Yustinus Sunyoto mengatakan pada perdagangan dunia, kopi Robusta dan Arabika lebih banyak dibutuhkan. Sedangkan untuk kopi liberika hanya sekitar 2 persen yang dibutuhkan untuk konsumsi bahan campuran. 

“Jadi harga pasar dunia ditentukan oleh gateprice. Sehingga ada patokan harganya. Selain itu, membutuhkan sertifikasi negosiasi. Perlu diketahui jika di pasar nasional, untuk harga kopi indonesia lebih tinggi dibandingkan import,” kata dia, Minggu (10/11). 

Disebutkan, ekspor kopi terbesar berada di lima negara. Yakni negara Brazil, Colombia, Vietnam, Indonesia dan Ethiopia. “Negara kita ini saja yang berada di urutan ke empat mampu mengekspor kopi sebanyak 660.000 ton per tahunnya,” terangnya.

Menurutnya, kopi di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang sejak era penjajahan kolonial Belanda. Bahkan memiliki banyak varian diantaranya kopi kintamani dari Bali, kopi flores, kopi gayo dari Aceh, kopi sidikalang, serta kopi luwak. 

“Di Indonesia saja yang lebih populer yakni kopi Robusta dan Arabika. Dari sekian banyaknya varian, setidaknya Indonesia mampu memproduksi kopi kurang lebih mencapai 70 persen,” tutur Yustinus.

Bicara mengenai kopi liberika seperti yang ada di wilayah Kabupaten Kendal, lanjut dia, sangat perlu dibutuhkan branding untuk mengangkat dan meningkatkan produksi kopi jenis tersebut. “Makanya tidak salah, melalui event festival ini menumbuhkan pasar lokal. Para pelaku usaha kopi lokal harus kita perkuat, sebab potensi produksi kopi sangat tinggi,” tandasnya.

Pelaku usaha kopi lokal Kabupaten Kendal, Eko Susanto mengaku jika kopi yang diproduksinya memiliki cita rasa yang unik yakni kopi rasa buah nangka. Seluruh proses petik, hingga roasting greenbean (biji kopi) dilakukan dengan sempurna sehingga menghasilkan citarasa yang berbeda dengan kopi lainnya. 

“Kami berusaha memberikan kepada konsumen yang terbaik. Hasil produksi kopi rata rata 25 kilogram greenbean khusus untuk kopi jenis liberika dan robusta perbulannya. Alhamdulilah, kopi hasil produksi saya sudah sampai di Jakarta, Bali, Rumania dan Hongkong,” tukasnya.

Sementara itu, salah satu peneliti dari Yayasan konservasi alam Gunung Prau, Paulus Nugrahajati mengatakan jika di wilayah kabupaten Kendal sendiri untuk kopi jenis liberika memiliki banyak varian dan saat ini baru mampu memproduksi greenbean sebanyak 50 ton per tahun. 

“Tanaman kopi liberika di Kendal sendiri banyak ditemukan di sejumlah wilayah lereng gunung prau. Seperti di Plantungan, Sukorejo, Pageruyung, Patean, Singorojo, Boja dan Limbangan dengan luasan tanaman yang berbeda-beda. Sebab, per tahunnya produksi kopi liberika baru mencapai sekitar 50 ton,” tandasnya. (Dye)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini