Kembangkan Ekonomi Kreatif, DPRD Jateng Segera Bikin Raperda

Anggota Komisi B DPRD Jateng Andang Wahyu Triyanto, SE, MM dan  Kabid Restrukturisasi Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah Sondi Purwoko, pada Diskusi Parlemen bertajuk ‘Membangun Ekonomi Kreatif Jateng’ di Kedai Merby Jalan MT Haryono, Semarang Kamis (14/11/2019). ( foto aris /sigijateng.id)

SIGIJATENG. ID, Semarang – Perkembangan ekonomi kreatif di Provinsi Jawa Tengah sudah bergeliat dan sudah menjadi bagian kehidupan bermasyarakat. Namun demikian dibutuhkan upaya-upaya yang serius agar apa yang sudah dibuatnya itu bisa laku dijual. Apa yang sudah dibuat tidak hanya dinikmati sendiri namun juga dinikmati orang lain dengan cara membelinya.

“Menurut data BPS, tahun 2016 ekonomi kreatif menyumbang 3% produk domestik dunia. Yang berdampak pada 1% populasi di dunia,” kata Andang Wahyu Triyanto Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jateng pada Diskusi Parlemen bertajuk ‘Membangun Ekonomi Kreatif Jateng’ di Kedai Merby Jalan MT Haryono, Kamis (14/11/2019).

Anggota Komisi B DPRD Jateng Andang Wahyu Triyanto, SE, MM

Hadir pembicara lain dalam Dialog Parlemen ini yakni Sondi Purwoko, Kabid Restrukturisasi Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah.

Menurut Andang, di Indonesia industri kreatif menjadi rumah bagi hampir 17 juta orang. Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPS Jateng, industri kreatif tersebar di beberapa titik di wilayah Jateng. Di antaranya Kota Semarang, Kab. Kudus, Jepara, Pekalongan dan Eks Karesidenan Solo. Beberapa produk industri kreatif fashion berupa batik dan kuliner. 

“Bicara ekonomi kreatif berarti berbicara perihal sinergi antar bidang. Tidak hanya menyangkut satu bidang. Entah itu dibidang pariwisata, industri-manufaktur, barang, jasa, termasuk desain misalkan dari produk yang dihasilkan,” kata politisi PDIP ini.

Menurut Andang, sebetulnya tidak sulit untuk terjun menekuni dunia ekonomi kreatif. Karena saat ini banyak media yang bisa dimanfaatkan. Misal pnya ponsel yang ada kameranya juga bisa digunakan untuk mengembangkan ekonimi kreatif yaitu bikin you tube. Dan masih banya lagi lainnya. Karena memang banyak bahan dan media di sekitar kita. Yang terpenting adalah harus berani memulai, tekun dan senang kumpul-kumpul.

Kabid Restrukturisasi Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah   

“Berani memulai ini penting, karena dengan memulai akan tahu apakah usahanya berhasil atau tidak berhasil. Jika sudah memulai harus dilakukan dengan tekun. Dan harus juga senang kumpul-kumpul dengan banyak orang. Dengan kumpul akan muncul ide-ide segar dan juga pengetahuan baru yang bisa menunjang usahnya,” kata pria asal Jepara ini.

Andang menambahkan, DPRD Jateng juga ikut berusaha untuk  menumbuhkan pelaku ekonomi kreatif di Jawa Tengah. Hal yang dilakukan DPRD Jateng yakni akan membuat Perda tentang Pembinaan dan Perlindungan Ekonomi Keatfi. Perda ini nantinya menjadi landasan gubernur dalam membuat pergub (peraturan gubernur), bagaimana untuk membina pelaku ekonomi kreatif dengan lebih baik lagi.

“Perda ini nanti juga untuk memberikan perlindungan pada pelaku-pelaku ekonomi kreatif. Draf rancangan perda sudah disetujui dalam rapat paripurna DPRD Selasa (12/11/2019). Raperda ini akan dibahas pada tahun 2020 nanti,” ucapnya.

Sementara itu, Sondi Purwoko, Kabid Restrukturisasi Dinas Koperasi dan UMKM Jateng mengatakan dari 16 bidang industri kreatif, hanya tiga yang di bawah kewenangan Dinkop UKM, yakni fashion, kriya dan kuliner. Bidang lainnya kebanyakan di bawah kewenangan Dinas Pemuda Olahrga dan Pariwisata

“Berbicara fashion, semisal batik. Kami terus mengupayakan memberikan pembinaan bagi para pengrajin untuk mengarahkan mereka supaya produknya bisa menjadi fashion. Artinya, tidak hanya batik, tapi pakaian jadi yang berbahan dasar batik. Hal ini melihat minat pasar kekinian yang serba ingin praktis dan langsung pakai,” katanya.

Dikatakan Sondi, untuk bidang kuliner sebarannya merata di semua wilayah di Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena kuliner yang diusung industri kreatif adalah makanan atau minuman khas dari daerah yang tidak akan ditemui di daerah lain. Kearifan lokal tersebutlah yang diangkat sebagai media untuk membangun ekonomi kreatif global, khususnya di Jawa Tengah.

“Untuk itu, kami ada beberapa program yang bisa diikuti oleh para pelaku industri kreatif di Jawa Tengah. Pertama kami adakan balai latihan koperasi dan UMKM. Di sana memberikan pelayanan UMKM dan Koperasi untuk memberikan apa yang dibutuhkan para pelaku. Apabila ada UMKM yang tidak mengerti masalah batik semilsal, kita undang praktisi batik untuk mengajari,” kata dia.

Di bidang kuliner, bentuk pelatihan berupa pengolahan makanan hingga pengemasan produk. Selain itu, baginya penting kiranya bagi para pelaku usaha untuk diarahkan secara alur oleh pemerintah untuk mengubah maindset. 

“Karena kami beranggapan bahwa mau dikasih ketrampilan apapun, tetapi apabila maindset dari mereka tidak berubah, maka akan sulit untuk berkembang,” kata dia. (adv/titis/aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini