Jalan-jalan ke Kota Lama Semarang, Tak Lengkap Sebelum Belajar Buat “Wayang Suket”

Anak-anak peserta workshop sedang belajar membuat membuat ‘Wayang Suket’ di Kota Lama Semarang, Minggu (27/1/2019). ( foto dian/ sigijateng.id)

SIGIJATENG.ID, Semarang – Keceriaan, antusiasme terlihat dari wajah anak-anak peserta workshop membuat “Wayang Suket” di Cafe Pringsewu, Kota Lama, Semarang. Mereka begitu konsentrasi dalam setiap proses pembuatannya.

Kala itu, hujan rintik. Tak mengurangi semangat para anak-anak. Tak hanya mereka saja yang belajar membuat wayang suket. Namun para ibu yang mengantarkan mereka juga nampak sangat menikmati proses demi proses pembuatan wayang suket yang dipraktekkan para pemandu wisata kota lama.

Salah satu peserta waokshop, Kent Lirey Alkhalifi. Dirinya mengaku ingin mengetahui dan menjajal membuat wayang suket. Hujan tak mematahkan niatnya kendati rumahnya terbilang jauh, yakni Perumahan Beringin Lestari.

Membuat wayang suket jadi pengalaman berharga baginya. “Senang banget setelah lama kepengin buat wayang, akhirnya bisa keturutan juga. Ini baru pertama kali membuat wayang suket. Lebih asyik main wayang suket ketimbang main gadget,” ujar siswi kelas lima SD Al Azhar itu, Minggu (27/1/2019).

Sementara itu, salah satu pemandu wisata Kota Lama, Miftahul Alim, menerangkan, bahan dasar dalam pembuatan Wayang Suket tersebut adalah rumput mendong. Rumput mendong sendiri sangat mudah didapat di daerah rawa-rawa seperti Kota Semarang.

“Hari ini kita ingin memperkenalkan budaya Jawa. Dan mendidik anak-anak tentang pelestarian wayang suket. Apalagi wayang suket itu menggambarkan sosok Dewi Sri, sang dewi padi,” ucap Miftahul Alim.

Seorang pengunjung Kota Lama Semarang sedang belajar membuat Wayang Suket, Minggu (27/1/2019). ( foto dian / sigiijateng.id )

Alim juga mengaku, dirinya dan teman-temannya kerap memperkenalkan wayang suket kepada para pengunjung Kota Lama. Ia berharap dengan membumikan wayang suket, para pelancong, tak cuma sekedar jalan-jalan saja menikmati Kota Lama melainkan bisa mengetahui dan mempelajri budaya Jawa.

“Jadi selain jalan-jalan, mempelajari sejarah di Kota Lama, juga biar para pelancong tahu warisan budaya ini. Agar bisa tetap lestari”, tukasnya. (Dian/Aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini