Inilah Urgensi Peringatan Nuzulul Quran Menurut Tafsir

SIGIJATENG.ID, Semarang – Malam ini, tepat malam ke-17 bulan Ramadhan. Pada malam ini ayat Al Quran pertama kali diturunkan oleh Tuhan kepada nabi Muhammad. Maka umat Islam biasanya memperingatinya dengan malam Nuzulul Quran.

Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng, Tafsir memaparkan peringatan nuzulul quran merupakan bagian dari peristiwa budaya. Model peringatannya berbeda-beda tergantung dari kreatifitas budaya masing-masing daerah maupun kelompok. Namun tidak ada keharusan untuk dirayakan atau ditinggalkan.

“Di dalam Islam itu ada hari besar syariah dan hari besar budaya. Syariah artinya hari besar yg ditentukan oleh syariah contohnya idul fitri, idul adha. Ada pula peristiwa budaya, jadi diperingati boleh tidak ya boleh, yang penting untuk media dakwah,” paparnya saat diwawancara, Selasa (21/05/19).

Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo itu menegaskan, malam Nuzulul Quran penting untuk diperingati agar manusia diingatkan kembali. Karena pada dasarnya manusia mudah lupa. Terlebih manusia termasuk homo festivus, yang perlu moment tertentu untuk penyegaran kembali.

“Maka bagi umat Islam penting direfreshing, disegarkan kembali untuk dimotivasi ulang agar lebih semangat membaca, memahami, dan mengamalkan Al Quran,” terangnya.

Selain itu tafsir menjelaskan faedah membaca Al Quran. Baginya satu huruf yang dibaca terdapat 10 kebaikan. Selain itu, Al Quran juga akan jadi syafaat bagi orang yg bergelut di bidang tersebut

“Minimal membaca lah, tapi tentu tidak berhenti sampai di membaca. Kata Iqra dalam al Quran itu kan tidak cuma membaca teks, tapi juga fenomena alam dan fenomena sosial,” jelasnya.

Ia melanjutkan, Ketika seorang muslim mampu membaca tiga hal tersebut, akan berujung pada perilaku muslim.

“Jika muslim mampu memahami fenomena sosial, pasti peduli dengan masalah sosial. Begitu juga dengan fenomena alam. Hal itu adalah bagian dari implementasi kandungan isi Al Quran,” paparnya.

Di sisi lain, ia bercerita saat ini muncul gairah baru untuk menghafalkan al Quran. Bahkan salah satu program tivi hingga menayangkan kompetisi hafiz Al Quran.

Namun Tafsir menghimbau kepada para penghafal untuk tidak kebablasan. Karena baginya jika asyik dengan menghafal biasanya cenderung tidak mampu untuk memahami, menerjemah, dan menafsirkan kandungan Al Quran. 

“Karena menghafal itu udah berat, maka rata-rata penghafal itu tidak terlalu ngerti dengan kandungan. Karena konsentrasi di hapalan. Bukan tidak minat mendalami isi, tapi mempertahankan hapalan emang berat. Syukur jika ada orang hafal, memahami, dan mampu mengamalkannya,” pungkasnya. (Taufiq)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini