Impian Ganjar Kota Lama Semarang Seperti Arbat di Rusia, Bebas Kendaraan Bermotor

Geburnur Jateng Ganjar Pranowo saat menerima Panitia Festival Kota Lama di Puri Gedeh, Senin (12/8/2019).

SIGIJATENG.ID, Semarang –  Ganjar Pranowo punya keinginan Kawasan Kota Lama Semarang menjadi seperti gambaran denyut keseharian Kota Lama Arbat di Moskwa, Rusia. Keinginan itu muncul setelah beberapa waktu lalu Ganjar melakukan perjalanan ke Negara tersebut.

Arbat, dengan bangunan gedung-gedung lama yang eksotik, juga setting sejarah di sepanjang jalan dan lingkungannya, menjadi cermin keberhasilan manajemen kota untuk dijadikan ikon yang menjual, mendatangkan kesejahteraan bagi warga dan barang tentu pendapatan bagi pemerintah kota. Arbat pun menjadi titik yang “wajib” dikunjungi wisatawan ke Rusia.

Ganjar mmembayangkan, Kawasan Kota Lama benar-benar menjadi “kota lama” yang nyaman dan mengesankan. Hanya sepeda onthel yang diizinkan menjadi transportasi untuk berlalu lalang dari satu spot ke spot yang lain. Kendaraan bermotor harus parkir di tempat yang khusus disediakan oleh Pemerintah Kota Semarang.

“Belajar dari Rusia, Kota Lama akan lebih cantik ketika semua bebas dari kendaraan, gedung-gedung hidup. Menjadi tempat kreatifitas. Car free day zone setiap hari. Parkiran disiapkan. Polusi dihilangkan,” katanya saat menerima Panitia Festival Kota Lama di Puri Gedeh, Senin (12/8/2019).

Dalam kunjungannya, Ganjar juga mengaku terpukau dengan sungai yang mengelilingi kota tua disana. Di salah satu sudut, Ganjar pun melihat ada jembatan kecil yang bisa dibuka tutup. Ganjar pun mengusulkan Jembatan Berok bisa dibuka tutup kembali seperti dahulu dan Kali Semarang bisa dilalui perahu-perahu untuk berwisata di Kawasan Kota Lama.

Ganjar berharap, Arbat bisa menjadi cermin bagi pengelolaan Kota Lama Semarang, yang sekarang mulai tertata dan dikembangkan. Kuncinya, seperti yang diungkapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, hanya satu, kesungguhan menjadikannya sebagai kawasan wisata konservasi unggulan dengan segala detail pernak-perniknya. Kota Lama bisa diorientasikan sebagai ekapresi eksotisitas sejarah yang dikemas secara gaul dan menjadi “jalan seni”.

Dari sisi fasilitas dan perawatan, pengunjung diajak menjadi nyaman dan menikmati. Sementara itu, warga Semarang didorong menangguk manfaat kesejahteraan, dan pemerintah kota menyerap maksimal pendapatan asli daerah.

“Festival Kota Lama yang akan berlangsung 12-22 September 2019 saya kira sudah oke, tinggal jalan dan menjadi pemantik Kota Lama lebih berkembang. Tapi saya minta juga menggandeng partner lokal, termasuk artis lokalnya. Tambah lagi seni digital, video mapping, itu akan membuat suasana lebih baru,” tandasnya.

Sementara itu dalam paparannya, Ketua Panitia Festival Kota Lama 2019 Yeru Salimianto didampingi Managing Director FKL Damar Hatmadi menjelaskan, kegiatan yang akan berlangsung di Eks Marabunta, Gedung Marabunta, Taman Kota Lama dengan Pasar Sentilin, pameran, dance festival, street art, musik, parade, workshop, jelajah Kota Lama dengan tema besar Kuno Kini Nanti. (rizal)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini