Grebeg Subali di Krapyak Semarang Berlangsung Meriah, Ini Tujuannya

Suasana pagelaran Eblek dari Kelompok “Turonggo Mudo” Sumowono di Grebeg Subali 2019, Minggu (3/11). (Foto Titis/sigijateng.id)

SIGIJATENG.ID, Semarang – Dalam upaya nguru-nguri budaya, Karang Taruna Tunas Muda Kelurahan Krapyak bersama warga Kelurahan Krapyak gelar “Grebeg Subali 2019” selama  empat hari dari Kamis (31/10) sampai Minggu (3/11). 

Untuk tahun ini mengusung tema  ‘Ngesuhi Kampung Sak Kukuban’. Acara digelar  di Jalan Subali Kelurahan Krapyak, Semarang Barat.

Acara tersebut dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan, khususnya tradisi serta memberikan ciri khas dari warga Jl. Subali. Beberapa agenda yang telah digelar di antaranya Prosesi Lampah Bisu, Kirab Budaya, Pertunjukan Musik, Diskusi, Pameran Instalasi Seni, dan malam penutupan ada Pertunjukkan Kesenian Rakyat.

“Kegiatan ini memang dimaksudkan untuk melestarikan dan memajukan budaya di Semarang dan Jawa Tengah pada khususnya. Makanya secara agenda meskipun campuran, akan tetapi tetap ada tradisi seperti Lampah Bisu dan Kirab Budaya,” ungkap Joshua selaku ketua Panitia sekaligus anggota Karang Taruna Tunas Muda.

Joshua menjelaskan, Lampah Bisu adalah salah satu prosesi yang dilaksanakan pada hari pertama saat jam 12 malam. Di mana para pemuda-pemudi melakukan prosesi berjalan memutari kelurahan dalam kondisi hening. Hal ini dimaksudkan sebagai proses mediasi dan kontemplasi.

“Kalau Lampah Bisu memang dilakukan kemaren, saat hari pertama. Prosesnya ketika jam 12 malam terus ada bunyi lonceng 12 kali, pemuda-pemudi sini berjalan mengitari kelurahan sambil meditasi dan kontemplasi. Di maksudkan untuk merefleksi diri,” kata dia.

Sedangkan untuk Kirab Budaya, ia mengatakan bahkan dari luar pulau seperti NTT, mengirimkan partisipan dalam bentuk tarian budaya mereka. Lalu untuk malam ini sengaja dihadirkan atraksi eblek dari Sanggar Seni “Turonggo Mudo” Sumowono.

Selain kesenian tradisi, Grebeg Subali juga menghadirkan beberapa penampil kekinian di Panggung Musik dan komunitas-komunitas kesenian lain untuk mengisi diskusi.

“Kemaren di panggung seninya selain dari warga sini, juga diisi banyak partisipan yang mau bersedia tampil. Seperti DPR (Dewan Pergoyangan Rakyat) dari Undip, terus ada TRIDHATU, Soegi Bornean dan banyak lagi. Waktu diskusi ada teman-teman dari komunitas Grrrls Barricade dengan tema Menjalin Relasi Sehat,” kata dia.

Ia berkata bahwa harapan lain dengan banyaknya konten dari agenda yang dipilih adalah untuk membantu pemuda-pemudi Kelurahan Krapyak supaya bisa berkreasi dan berkarya. Selain itu adalah untuk mengguyubkan warga sekitar pada umumnya.

“Warga sini sangat mendukung. Bahkan dari hari pertama saat menghias kampung, sampai saat ini mereka memberikan support salah satunya dalam bentuk konsumsi. Saya mewakili panitia sangat senang dan berterima kasih,” kata dia.

Senada dengan hal tersebut, Bombom selaku salah satu stake holder dari Hysteria juga mengatakan bahwa acara tersebut bertujuan setidaknya mengguyubkan warga Kelurahan Krapyak.

“Sebenarnya ini acara sudah dari 2012, pernah vakum 4 tahun setahu saya. Lalu 2019 ini ada lagi. Ya harapannya selain menjunjung tradisi, setidaknya bisa mengguyubkan warga sekitar,” kata dia.

Hal lain yang berbeda dari tahun ini acara “Grebeg Subali 2019” ternyata juga mendapat support dari Pemerintah Kota Semarang dan berbagai kelompok serta komunitas seni khususnya di Kota Semarang.(Titis)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini