FKUB Diminta Tertibkan Rohis Sekolah Terpapar Radikal

SIGIJATENG.ID, Sragen- Keberadaan rohaniawan Islam (Rohis) di semua sekolah yang ditengarai terpapar radikalisme di kabupaten Sragen untuk ditertibkan.

Hal itu ditegaskan Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati dalam Rapat Koordinasi (rakor) Forum Keurukunan Umat Beragama (FKUB) Sragen, Rabu (30/10/2019).

Perintah orang nomor satu di Sragen ini menyusul adanya temuan pengibaran bendera tauhid di SMKN Sragen. Bupati Yuni meminta FKUB segera lakukan penyisiran rohis yang teridikasi faham radikalisme yang
ada di sekolah-sekolah.

“Saya harap dari FKUB dapat menjaga kerukunan beragama yang ada di Soloraya, kami di Sragen penduduknya 98%  muslim. Harapan saya
inisiasi ini bisa diwujudkan dalam wujud apapun dengan duduk bersama, jangan sampai yang terjadi di Sragen seperti adanya pengibaran bendera tauhid dan menyisir rohis yang ada di sekolah secepatnya,” tandas Bupati Yuni.

Bupati Yuni mengatakan, bahwa di Jawa Tengah, khususnya Soloraya menjadi  tempat yang paling sering digoyang dalam hal yang bisa mengancam kerukunan umat beragama.

“Sehingga dalam rakor agar dibahas isu-isu yang berkembang dengan peka, jangan hanya membahas atau membandingkan anggaran dari FKUB wilayah lainnya dan saya meminta dengan anggaran yang terbatas bisa menghasilkan kegiatan yang betul- betul menyasar dan autentik yang dapat dirasakan warga masyarakat,” pinta Bupati Yuni.

Menurut  Ida Idewa Panglesir Agung Putra Sukahet II (Ketua Asosiasi KUB Indonesia), di Sragen ini bukan kerukunan  beragama saja
tetapi komunikasi para pimpinan daerah yang guyub rukun di menjadi Indonesia maju
“Kalau kerukunan saja tidak bisa dibangun tidak akan mungkin negara bisa maju, kerukunan ini jadikan sebagai kebutuhan primer karena kalo
sudah terjadi konflik antar agama biayanya akan habis trilyunan kita harus bercermin kasus di ambon dan di papua maka kita harus hindari,”
tuturnya.

Ida Idewa menegaskan, jangan mengaku cinta Indonesia kalo tidak mengakui adanya 6 agam besar,suku bangasa yang berada di negara kita
jadi harus menerima adanya  perbedaan.

“Kalo tidak bisa menerima perbedaan itu namaya radikal. Kita harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi Indonesia dengan
yang ada mereka tidak merubah Indonesia dengan kemauan menurut kesukaan dirinya sendiri kalau mereka ingin merubah maka mereka harus keluar dari Indonesia demi kerukunan kita bersama “ pungkas Ida Idewa
Panglesir.

Diketahui sebelumnya, pengibaran bendera tauhid pihak SMKN 2 Sragen, pihak sekolah  (santo)    

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini